"Lho, kemana tiga bulan ini? Kenapa baru kontrol?" Tanya saya pada pasien lelaki 30-an tahun yang pernah dirawat dengan kasus bisul besar di sekitar anus, demam tinggi dan gula darah diatas 300 mg/dL. Kebetulan ibunya juga penderita diabetes melitus.
"Saya banyak olahraga, dok. Lari dan bersepeda hampir tiap pagi. Juga tidak minum gula pasir dan tidak makan nasi kalau sudah malam, buah atau havermut saja. Memang jadinya lapar terus, trtapi saya banyakin makan apel atau sayur. Pernah saya cek, gula saya sering dibawah 200. Jadi saya coba berhenti makan obat antidiabetes, ternyata sebulan ini tidak pernah diatas 200 lagi." Jawabnya senang.
Setelah saya periksa, gula darah sewaktunya hanya 132 mg/dL sementara berat badannya waktu rawat 88, sekarang 90 kilogram. Tetapi memang otot bahu dan lengan bawahnya lebih "keras" tidak saat pertama dirawat terkesan "lembek".
"Oke, olahraga dan jaga makannya diteruskan, cukup tidur, obat antidiabetesnya dihentikan dan saya kasih pengencer darah serta antibiotik lima hari, karena di urine kamu ada bakteri." Saran saya dan si pasienpun mengangguk setuju.
Kasus ini menarik, karena banyak variasi perjalanan penyakit diabetes melitusnya dengan teori. Dimana si pasien pernah infeksi bisul berat dengan gula tinggi dapat kembali gula darahnya terkontrol tanpa obat, cukup olahraga dan atur makan.Â
Tetapi saat gulanya turun, berat badannya malah naik, mungkin karena dia capek olahraga, banyak makan dan banyak minum. Perlu diperhatikan, bahwa walau beratnya bertambah, namun ototnya juga bertambah banyak dan bukan timbunan lemaknya.
Kemudian faktor usia. Pada usia lebih muda, maka reseptor insulin di sel tubuh lebih mudah diaktifkan lagi dengan olahraga dan pengendalian gula darah. Untuk usia yang lebih tua mungkin kemampuan melepaskan resistensi insulin di sel target sudah menghilang.
Maka, bagi kompasianer yang ada keturunan diabetes, rajinlah olah raga dan mengendalikan makan, dan kalau sudah terlanjur gula darah naik, berobatlah teratur, jangan sampai ada komplikasi ke gangguan ginjal, "stroke" dan serangan jantung.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H