Menghadapi Thailand di stadion Rajamanggala, Bangkok, 17 November 2018 hari ini, jurus apakah yang ideal dilakukan tim nasional kita? Banyak dugaan taktik "parkir bus" dengan 5 pemain di sekitar gawang dan 6 lainnya di setengah lapangan sendiri menjadi pilihan. Alasannya ada beberapa, yaitu:
1. Faktor kelelahan, timnas baru bertanding tanggal 13 November lalu melawan Timor Leste di Indonesia dan langsung terbang tanggal 14-nya ke Thailand. Sementara Thailand bertanding terakhir tanggal 9 November 2018 dengan Timor Leste dengan hasil kemenangan lebih besar.
2. Faktor Thailand sebagai tuan rumah, bagaimanapun atmosfir dukungan penonton akan menjadi pemicu semangat juang pemain. Ibarat pemain kedua belas, maka puluhan ribu penonton di stadion membuat kemampuan fisik yang sudah lelah menjadi cepat mendapat "second wind", dibandingkan kalau penonton mencemooh, membuat emosi pemain kacau.
3. Kemampuan tehnik individu pemain Thailand mungkin, masih mungkin,lho, lebih baik dari tim nasional kita. Dapat dilihat dari beda kemenangan atas Timor Leste yang melawan kita dia kalah 3-1, melawan Thailand timnas yang sama kalah 7-0.
4. Mungkin faktor pelatih, kita memakai pelatih lokal, Bima Sakti sementara timnas Thailand memakai Milovan Rajevac, asal Serbia yang lebih senior, pernah melatih klub Redstar Belgrade, Al Ahli, timnas Ghana dan Mesir.
Tetapi ada juga yang menyarankan taktik mengandalkan serangan balik, karena ada beberapa orang dari timnas kita yang punya "skill" bagus seperti Andik Vermansyah, Alberto "Beto" Goncalves atau Stefano Lilipaly.
Segala taktik yang direncanakan kalau memakai "pakem" yang biasa, mungkin sudah terbaca oleh pelatih timnas Thailand yang konon sudah seminggu ini menonton pertandingan timnas Indonesia di 3 tahun terakhir, rajin banget, ya? Fandi Ahmad pun saat mengalahkan timnas kita pada pertandingan pertama 9 November lalu mengaku juga sudah mempelajari gaya permainan kita selama ini.
Saya pribadi sih merasa timnas kita tidak punya gaya pasti, seperti "hit and run" yang sering dipakai timnas Inggris, "catenaccio" ala timnas Italia maupun gaya menari samba timnas Brazil atau "tiki-taka-nya" timnas Spanyol. Pemain yang menonjol di timnas kita, itulah yang menentukan skema bermain. Jadi, pelatih-pelatih timnas luar itu bukannya mempelajari permainan timnas keseluruhan, namun mereka kemungkinan hanya mempelajari gaya bermain 2-3 pemain tertentu yang perlu "dipegang kakinya".
Maka, bagi pemain-pemain yang merasa dirinya sudah dipelajari oleh pelatih Thailand, sebaiknya membuat strategi yang agak berbeda sedikit di pertandingan nanti. Jangan pakai jurus bangau, jurus harimau, jurus belalang atau jurus ular yang punya patokan kesatu, kedua, ketiga dan variasinyapun ditentukan satu-satu,satu- dua, satu tiga, pergunakanlah jurus mabukmu.
Jurus mabuk? Iya, itu yang dilakukan "Jacky Chan" di film "Drunken Master" yang terkenal itu. Disaat semua jurus biasa sudah dikuasai oleh lawan dan tahu bagaimana cara mematahkannya, maka si jurus mabuk memakai jurus tak beraturan sesuai naluri saat itu. Jurus mabuk ternyata lebih bertenaga, tidak ada ritme dan aturan yang dapat ditebak, namun serangannya efektif membuat lawan bingung dan terkejut.
Dapat saja Andik tiba-tiba menjadi "back", lalu tiba-tiba lari ke depan, Lilipaly dan Beto yang biasa berlari kencang nanti bertiki-taka pelan membuat bingung kiper. Bila perlu kiper kita Andritany Ardhiyasa maju menyongsong menyundul bola kalau ada tendangan sudut.Â