Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen| Balada "Crazy Rich" Relawan

27 September 2018   21:30 Diperbarui: 28 September 2018   09:36 664
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Relawan (dokumentasi pribadi)

Hutang luar negeri tidak ada yang mau memberikan, karena lembaga keuangan global tidak suka dananya dipakai hanya dibakar untuk subsidi minyak atau buat jalan-jalan pejabat keliling dunia.

Koko yang awalnya ikut dipermudah pajaknya, lama kelamaan mulai terlihat vokal di media massa mengkritik cara foya-foya begini dan mulai membuat banyak diskusi di kampus-kampus yang memancing demonstrasi mahasiswa. Mahasiswa sadar bahwa harga-harga yang murah saat ini hanyalah kebahagiaan semu, karena negeri mereka ternyata menghabiskan semua anggaran pembangunan untuk kegiatan konsumtif dan rekreatif, tidak ada dana untuk membangun pabrik, jalan, jembatan, bandara, beasiswa atau penelitian.

"Naikkan harga barang-barang!", "Naikkan harga BBM", "Jangan manjakan rakyat", "Stop jalan-jalan pejabat", demikianlah contoh spanduk dan  "yel-yel" mahasiswa saat itu yang justru kebalikannya masa-masa lalu, karena mereka tahu, pola pembangunan yang memanjakan seperti ini malah akan membuat negeri bangkrut.

Koko konon sudah menggelontorkan 1,3 trilyun untuk demonstrasi-demonstrasi itu dan ada mahasiswa "double agent" yang memberitahukannya ke intelejen bahwa dialah otaknya.

"Maaf tuan Koko. Kami sebenarnya ingin mengajak saudara masuk ke lingkaran istana, tetapi anda tolak karena ingin lebih independen dan tidak mau berlarut-larut dalam politik praktis. Itu kami bisa terima. Tetapi sekarang saudara malah merongrong kepemimpinan kami, menggelontorkan dana buat demonstrasi yang banyaknya lebih besar dari dana saat mendukung kampanye kami, itu yang kami tidak terima." Presiden Fido datang ke penjara memberikan penawaran damai.

"Lalu, maksud anda saya harus diam menyaksikan kondisi seperti ini?"Tanya Koko.

"Saya dan wapres Dido hanya menjalankan janji suci semua kampanye kami, yaitu membuat semua orang bahagia, semua murah, semua bisa jalan-jalan, itu prioritas kami."Jawab Presiden santai.

"Saya tidak suka...Mubazir!"Koko tetap melawan.

""No hard felling,lah". Kami sudah buat editan video kalimat-kalimat Tuan Koko menghujat kami dan ada alasan memenjarakan dalam waktu lama. Tetapi ada cara lain yang lebih ringan, yaitu Tuan Koko dan keluarga kami buat suaka ke negeri tetangga Singaduyung, semua kebutuhan hidup dipenuhi, tetapi harta kekayaan kalian yang omsetnya 23 trilyun disita negara dan akan kami pakai untuk dana kampanye periode mendatang." Fido sang Presiden sebenarnya bukan memberikan tawaran, itu sudah jadi ketetapan.

Seminggu kemudian Koko sekeluarga diungsikan ke negeri Singaduyung yang terkenal dengan patung singa ada ekor ikannya itu dan dari sana tetap memberikan perlawanan via media sosial, tetapi mahasiswa yang diajak demonstrasi sudah malas turun ke jalan, karena dana kampanyenya sudah "seret".

"Maaf tuan Koko, mahasiswa memang idealis dalam batas tertentu, tetapi harus realistis dibatas yang sudah jebol, apalagi separuh diantara kami nanti mungkin ujung-ujungnya terjun ke politik juga. Baik-baiklah Tuan Koko menjaga keluarga disana dan kembalilah kalau sudah memiliki cukup angin untuk menghembusi layar demonstrasi kami." Demikianlah surat elektronik jawaban Ketua Senat Mahasiswa Universitas Ibukota.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun