"Oh, Â saudara yang di Jakarta sudah tahu dan bersedia? " Tanya saya penasaran ketika anak pasien nenek-nenek yang berusia 70 tahunan dan menderita Tuberkulosis paru-paru berat ini menerangkan rencana kelanjutan perawatan jalan yang rencananya 6 bulan di kota lain.Â
Si nenek ini minggu lalu batuk berdahak kental sampai sesak dan ketika berobat serta dironsen tampaklah ada gambaran tuberkulosis di kedua paru, hampir seluruh lapangan paru. Dahaknyapun positif ada bakterinya.Â
"Saudara yang di Jakarta sudah bersedia, Â Dok. Â Kebetulan anak-anaknya sudah remaja dan kuliah. Sementara anak-anak saya masih kecil-kecil dan sering minta gendong ke neneknya." Terangnya lagi.Â
"Tetap pakai "masker" si sakitnya di rumah yang di Jakarta, Â banyak makan berprotein seperti telur, Â ikan gabus dan susu serta jendela dan pintu rumah jangan lupa dibuka tiap hari dan sinar matahari dapat masuk karena bakteri ini cepat mati oleh cahayanya." Pesan saya lagi.Â
Obat tuberkulosis paru yang diberikan merupakan gabungan 4 obat dalam 1 kapsul, karena kuman tahan asam ini mudah beradaptasi menjadi kebal ("resistent") jika berinteraksi dengan satu jenis obat saja. Karena mau ke luar kota, maka keluarga si nenek minta obat "paten" yang tidak harus seminggu sekali datang ke klinik program tuberkulosis yang disediakan pemerintah.
Pertanyaannya apakah benar anak-anak kecil yang dibawah lima tahun lebih rentan tertular TBC (tuberkulosis) daripada yang lebih dewasa? Jawabannya benar. Orang tua usia 60 tahun keatas dan anak-anak daya tahan tubuhnya sangat rentan terhadap penyakit, walaupun si anak sudah diberi imunisasi BCG ("Bacille Calmette Guerin", anti TBC) namun terkadang kalau jumlah kuman yang masuk ke tubuh si anak jumlahnya sangat besar dapat saja si bakteri tahan asam berkembang di paru-paru, kelenjarnya atau di kulit.Â
"Ibu saya tertular dari siapa, dok? Kami semua di rumah tidak ada yang batuk-batuk dan yang kurus."Tanya anak si pasien penasaran.
"Tetangga, pembantunya bagaimana? Terus ibu ini apa sering ikut komunitas tertentu atau rutin ke tempat yang ramai?"Tanya saya.
"Oh, pembantu di rumah kami memang belum periksa, tetapi ibu memang sejak setahun ini rutin berobat ke rumah sakit seminggu sekali karena mulai suka nyeri saraf terjepit."Akunya.
Beberapa kasus memang tuberkulosis dibawa oleh pembantu rumah tangga yang lupa diperiksa kesehatan waktu kerja, jangan dianggap remeh, mereka juga harus dironsen dan cek darahnya kalau mau berinteraksi 24 jam di rumah kita.Â
Sementara itu ke rumah sakit tiap 1-2 minggu sekali juga seharusnya memakai masker dan kondisi pasien harus cukup segar, karena dapat saja kuman-kuman menular dari ruang tunggu poliklinik. Di beberapa rumah sakit yang sudah terakreditasi baik, semua pasien batuk produktif diarahkan di ruang tunggu terpisah yang sirkulasi udaranya terbuka lalu diberi "masker". Tetapi tidak sedikit rumah sakit yang pasien anak atau usia lanjut dan pasien yang batuk-batuk berdahak seperti ini tetap digabung saja dalam satu ruang tunggu.