Mohon maaf, Â bukannya tidak mau ikut melawan teroris dengan slogan "Aku Tidak Takut", bukan pula aku adalah pengecut.Â
Kalau ada satu dua orang mengaku teroris menantang duel, Â aku pasti ladeni, Â kalau "fair" dan aturan berkelahinya disepakati. Tetapi ini mereka diam-diam, malah anak belum akhil balig yang terlihat lugupun sudah dilibatkan membunuh orang. Itu yang menurutku menakutkan.Â
Ketakutanku yang lain karena bom yang meledak hari ini menandakan situasi sudah bak perang, jadi sudah tidak hukum yang normal lagi yang dapat dipegang.  Musuhnya tidak tahu siapa,  tetapi mereka dapat menyerang  siapa saja dan si teroris ini harus dijaga pula hak azazinya, walau jelas dia pernah ikut teroris internasional di luar sana.Â
Sangat tidak berimbang, Â bagi mereka sudah hukum perang, Â sedangkan kita masih hukum saat damai. Bagi mereka darahku halal, Â bagi aku mereka manusia yang harus dikasihi dan diayomi hak-hak sipilnya. Â Menakutkan sekali kontradiksi ini, bukan?Â
Seharusnya kalau sudah teridentifikasi semua yang berfaham radikal dan mau mati demi sumpah yang suci, Â kucilkan di sebuah pulau yang tak bertuan, Â mau main bom, Â main petasan antar mereka,bebas saja disana. Para donatur dan penggiat HAM boleh tiap hari membesuk dan memberikan sumbangan bahan kimia untuk dibuat kembang api, Â petasan atau apalah.Â
Bayangkan, Â kalau tiap hari sampai Agustus ada bom meledak tidak terdeteksi, sementara menunggu undang-undang anti teror jadi selalu ada saja yang merecoki, mungkin atlet Asian Games luar negeri jadi malas berspekulasi, mana mau masuk ke negara yang terorisnya sangat dikasihi.Â
Tetapi bukan hanya demi Pekan olahraga itu, bukan pula soal halalnya darahku. Â Ini soal bagaimana mengatasi rasa takut, takut akan hilang kalau ada jaminan duel yang adil, perang frontal lawan frontal, perang diam-diam lawan diam-diam, Â perang teror dilawan teror.Â
Dan yang terpenting,semua orang berbakat mati bom bunuh diri dipisahkan dari orang yang masih sayang anak bini,  entah di pulau yang sunyi atau dibuatkan sebuah kota berbenteng  yang disana mereka bebas meledakkan apa saja asal untuk kalangan sendiri.Â
Bila mereka masih berbaur dengan kami, rasa takut itu sangat wajar terjadi, karena tiap  jalan yang mereka injak  suatu saat akan meledak sendiri.Â
![Dari FB Kompal](https://assets.kompasiana.com/items/album/2018/05/14/img-20170510-180443-5af979facaf7db228b69d245.jpg?t=o&v=770)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI