Beberapa kali ke Jakarta selama "week end" dan berada di sekitaran Jalan Thamrin-Sudirman, maka " Car Free Day"adalah suatu kegiatan yang selalu menarik, karena dapat berjumpa ribuan manusia dengan berbagai jenis, tujuan ataupun ekspresi yang ada
Kebetulan tahun 2014 pada bulan Pebruari tanggal 15 saya pernah mengabadikan momen bersejarah saat sekelompok orang relawan Jokowi dengan sukarela mendeklarasikan dukungan kepada Jokowi yang baru saja 2 tahun menjadi Gubernur DKI Jakarta dan baru 7 tahun sebelumnya terpilih sebagai Walikota Solo untuk menjadi Presiden Republik Indonesia ke 7, padahal partai PDIP Perjuangan yang menjadi pendukungnya di pilkada Solo dan DKI Jakarta saat itu belum ada tanda-tanda mendukung beliau.
Namun 4 tahun berselang 29 April 2018, terjadi perbedaan arus politik akibat konsekuensi demokrasi, giliran relawan yang ingin dia diganti yang memadati "Bundaran HI", walau ada juga relawannya dengan baju kaus "Dia Sibuk Kerja" datang ke lokasi, namun kalah garang dan kalah jumlahnya, sehingga terkesan kurang melawan. Padahal demokrasi kita sampai saat ini masih demokrasi "adu fisik" bukan demokrasi adu gagasan. Siapa yang menang massa dan menang otot, maka dialah yang memiliki bumi.
Menilai dua fenomena yang terjadi tahun 2014 dan 2018 ini, ada berbagai persamaan dan perbedaaannya yang dibahas berikut ini.
Persamaannya antara lain:
1. Lokasinya sama, di "Bundaran HI".
2. Kegiatannya sama-sama melanggar ketentuan, karena sebenarnya dilarang ada kegiatan politik saat "CFD". Itu arena olah raga dan bersosialisasi.
3. Â Massa mengakunya relawan, tidak ada perintah dari partai politik tertentu atau tokoh politik tertentu.
4. Yang pasti saya hadir di lokasi pada hari itu.
Adapun perbedaannya antara lain:
1. Â Waktunya, satunya 2014, yang lain 2018.