Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Dok, Bulan Puasa Ini Tolong Obat yang Buat Sering Buang Angin Diganti

30 April 2018   20:12 Diperbarui: 30 April 2018   20:20 603
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Oh,  iya.  Bulan puasa harus sering sembayang tarawih, ya.  Baiiklah kita coba obat anti diabetes golongan yang lain. Tetapi ibu latihan dahulu memakainya seminggu ini,  apakah cocok untuk menurunkan  gula secara ideal." Kata Saya menjawab permintaan pasien diabetes melitus ibu ibu berusia lima puluhan tahun yang baru beberapa bulan ketahuan penyakitnya.

Saat itu gula darahnya lebih 400 mg/dL dan tidak bersedia disuntik insulin. Dicoba satu jenis obat makan golongan sulfonil urea dosis tertinggi gulanya masih diatas 300, obat jenis biguanid dia mual dan muntah. 

Akhirnya dia cocok dengan obat penurun gula yang bekerja lokal di lambung,  yang kerjanya menghambat penyerapan glukosa di perut tetapi efek sampingnya itu tadi, sering  buang angin. 

Menurut si ibu, kalau sholat wajib,  dia dapat mengatasi buang angin ini dengan caranya sendiri dan sholatnya relatif lebih singkat. Tetapi kalau sholat tarawih yang lebih lama,  dia takut akan terganggu ibadahnya dan orang di sekitarnya. 

Pertama,  saya sarankan si ibu makan satu jenis obat saja, yang jenis sulfonil urea   dengan catatan makannya diatur jangan terlalu banyak. Atau selama bulan puasa disuntik insulin kerja pendek,  sesuai gula darah sesudah makan. 

Kalau gula darah dibawah 200 mg tidak usah disuntik,  kalau setiap kenaikan 50 mg/dL, naik suntikan dari 8, lanjut 12, 16,20,24 dan seterusnya dan maksimal 40 unit melalui suntikan subkutan. 

Idealnya memang insulin kerja pendek ini karena dapat diukur kebutuhannya sesuai banyaknya makan. Asalkan waktu sahurnya jangan "mepet", tetapi ada kelang waktu setengah jam sesudah disuntik untuk mengantisipasi gejala hipoglikemia,  pasien minum gula saat masih tidak batal. 

Syaratnya sih alat ukur gula mandiri yang ada di rumah si pasien ukurannya akurat dan sudah ditera. Kalau tidak yakin,  sebaiknya jangan pakai insulin. 

"Kalau lemas banget,  gulanya susah dikontrol bagaimana, Dok? "Tanya si  Ibu. 

"Konsultasilah dengan pak Kyai yang ibu percayai,  apakah kondisi gula seperti ibu masih harus puasa penuh atau sudah termasuk yang penyakit parah. Karena setahu saya kalau sakit parah ada ketentuannya sendiri. " Jawab saya. 

Terakhir ya itu tadi. Kalau kadar gula si  ibu seperti "roller coaster" naik turunnya yang sering dirawat karena hiperglikemia (gula diatas 200) atau hipoglikemia (gula dibawah 60), maka lebih baik mengatur makan seefisien mungkin tanpa obat gula selama berpuasa atau tidak menjalankan ibadah puasa tetapi tetap makan obat seperti biasa.  Karena efek hipoglikemia lebih berbahaya daripada hiperglikemia. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun