"Skenario yang saya buat untuk menceritakan kota ini semestinya disahkan menjadi undang-undang, mengenai keadilan, persamaan hak dan ketertiban umum yang harus dihormati semua orang serta  tidak ada pandang bulu, tetapi itu untuk orang lainlah, untuk saya jangan pula disamakan!" Bentak bu Anya Oknumgaek, seorang artis legendaris, penulis skenario brilian dan sutradara kawakan dengan drama - drama terkenalnya yang penuh kritik sosial, memerotes ketimpangan, feodalisme, budaya mau menang sendiri dan anti penyalahgunaan kekuasaan serta "katebeletje".Â
Setiap periode pemerintahan selalu dia kritik dengan sastra indahnya yang beraroma imajinasi tertinggi bermutu mumpuni, yang terkadang menjadi bahan pembahasan aturan-aturan tata tertib daerah.
Dia sekarang memarahi petugas kota Jayakarta yang menderek paksa mobil mewahnya yang salah parkir di dekat pengkolan.
"Ibu melanggar aturan, Â apa tidak malu dengan naskah-naskah teater ibu yang penuh pesan moral dan sangat menghargai ketegasan peraturan? "Tanya Jo, pegawai Dinas Jalan Raya yang baru diangkat 3 minggu lalu, Â masih idealis.Â
"Saya bisa buat kamu dipecat hari ini juga dengan sekali telepon. Â Klanis Pedandan, Â Pamong Praja tertinggi di kota ini, Â sayalah promotornya saat berkampanye tahun lalu..." Ancam Nyonya Anya Oknumgaek yang mukanya masih kencang di usia 60-an, Â konon habis disuntik serum kecantikan dari Korea 3 botol.Â
Dia tahu alotnya ribut dengan seniman yang kelakuannya sering sama "ribetnya" dengan sepak terjang tokoh antagonis di naskah - naskah karangannya sendiri.Â
"Saya tetap tidak terima. Kalian berdua sudah saya foto dan rekam, saya sudah kirim perbuatan tidak menyenangkan ini ke pak Klanis. Tunggu saja hukuman kalian. " Kata  sang nyonya penuh kegeraman
Benar saja,  Dua jam  kemudian ada  instruksi langsung dari pak Klanis Pedandan, dari balai kota lewat "handphone" pribadinya yang intinya kedua petugas lapangan itu harus  mengembalikan mobil bu Anya dan keduanya harus  minta  maaf disertai melakukan gerakan "push up" 50 kali di depan si ibu,  kalau tidak, maka uang transport mereka dipotong seminggu.Â
"Maaf bang Bongki,  saya tidak suka gaya  kepemimpinan yang plinplan kayak begini. Saya pulang ke kantor sajalah. Silahkan abang serahkan mobil mewah ini dan "push up". Saya siap walau harus dipecat. " Jawab Jo.Â
Bongki pun menyalami pegawai bujangan usia 23 tahun itu. Maklumlah belum ada tanggungan. Sementara dia mempunyai 3 anak yang bersekolah di  TK, SD dan SMP dimana sedang butuh dana besar.Â