Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) OTT (Operasi Tangkap Tikus) yang Sempurna....

17 Maret 2018   23:31 Diperbarui: 18 Maret 2018   07:47 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Dihargai berapa satu tikus musim tanam ini? Tahun lalu seribu..."Tanya Papang, petani tua usia 60-an tahun yang sudah memburuh tani sejak usia 13 tahun tanpa pernah punya sawahnya sendiri.

"Tetap seribu pak, tetapi biasalah, yang dikasih 500, 500 lagi untuk biaya administrasi...."Jawab Ketua Kelompok Tani mereka, Pokangen.

"Kurangilah biaya administrasinya bung Pokangen. Saya sedang butuh duit. Istriku sedang sakit-sakitan, butuh biaya perawatan."Pintanya memelas.

"Ya, kalau mau ikut boleh, enggak mau ya sudah. Tidak ada paksaan, kok. Uangnya dari atas juga sudah dipotong-potong, kok. Sudah 4 tangan diatas memberi contoh memotong administrasi yang baik dan benar, "mosok" kita di lapangan ini tidak ngerti juga?" Pokangen ngotot karena tidak suka ada yang rewel soal "biaya administrasi" beginian.

Program OTT (operasi tangkap tikus) di persawahan daerah itu selalu dilakukan menjelang waktu tanam dan menjelang padi berbuah. Caranya mudah-mudah gampang, setiap lubang-lubang tikus di pematang sawah diasapi dengan kayu yang membara, lalu dibakarkan jerami, tak lama kemudian, 5 sampai 10 menit tikus-tikus segede kelinci sampai yang sekecil cicak berlarian keluar. 

Biasanya yang dihitung untuk dibayar adalah tikus yang minimal sebesar kodok, kalau yang terlalu kecil diinjak saja dan dibenamkan ke lumpur sawah buat pupuk. Tikus yang sebesar kelinci atau kucing malah ada yang mengambil buat dijadikan bakso, karena konon bagi yang mau memakan, hewan itu makanannya toh padi dan terlalu mirip kelinci daripada tikus.

Kakek Papang yang kalah berlari dengan anak remaja dan orang dewasa muda di daerah lumbung padi itu hanya sanggup menangkap 26 tikus, alhasil 13 ribu uangnya diambil, tetapi harus mengecap jempolnya untuk kwitansi seharga 26 ribu.

"Ikhlas, toh, Kek?" Tanya Marilah Kemari, bendahara Kelompok Tani "Separuh Napasku" berkedip-kedip dengan bulu mata palsunya yang lentik dan senyum bergincunya yang ciamik.

"Ikhlas....Mau bilang apa lagi......" Si Kakek renta lalu pergi dari kantor Kelompok Tani tersebut dan 200 meter dari sana sudah menunggu sebuah mobil box,yang di dalamnya ada beberapa petugas berwenang lengkap dengan alat penyadap, perekam data dan kwitansi tadi serta uang 13 ribunya diambil mereka.

Kelompok Tani "Separuh Napasku" pun digerebek, berlanjut diinterogasi ketuanya, dananya OTT dapat dari mana dan dipotong berapa sampai akhirnya yang pertama mencairkan dana siapa, dipotong berapa, pendanaan itu dianggarkan oleh siapa dan saat rapat anggarannya adakah sogok menyogok dan "mark up" dan lain-lain.

Pendek cerita (karena ini cerita pendek), ada 17 orang yang masuk penjara karena kesaksian kakek Papang, 60-an tahun dan dia menjadi semacam "Pahlawan OTT" daerah setempat, hadiahnya, sang istri yang sakit-sakitan dirawat sampai perbaikan dan diberikan semacam pengasuh oleh badan anti rasuah setempat, serta uang bantuan hidup 3 juta sebulan dari Komunitas Anti Korupsi setempat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun