Sulitnya kalau banyak acara di hari Minggu, itu pasti "tepar" begitu pulang di rumah. Â Itulah yang terjadi kemarin 4 Maret 2018, ketika harus ke gereja, Â visite ke rumah sakit, Â ikut pesta tahunan marga istri Toga Simamora/Purba sekotamadya Palembang dan terakhir ikut acara Sobat Literasi Jalanan (SLJ) di Dipo Cafe jalan Diponegoro 28 Palembang dengan pembicara utama Maman Suherman, Â duta literasi Kemendikbud.Â
Dua jam bersama Kang Maman yang juga Kompasianer, Â waktu berjalan tak terasa, Â dia berhasil membuat antusias kurang lebih 70-an orang peminat virus literasi Palembang mendengar kisah masa kecilnya yang sudah suka membaca dan menulis, Â kisah cinta pertamanya di kelas 4 SD pada kakak kelas yang 6 SD membuatnya membuat puisi berjudul Angsa Putih yang dimuat di majalah anak anak dan dapat honor 50 rupiah, Â bagaimana dia kuliah di UI dengan penghasilan dari menulis, Â serta bagaimana novelnya "RE" dan "Perempuan" menjadi hasil tesis penelitiannya yang didapat dari penelitian investigasi 2 tahun di mafia pelacuran lesbian tahun 80-an.Â
Beliau memang kuliah jurusan kriminologi di Universitas Indonesia dan bekerjanya malah di penerbitan, Â iklan dan malah beberapa kali tampil di acara "ILK" (Indonesian Lawak Klub).
Menurut Kang Maman, Â Indonesia negeri yang banyak korupsi karena index literasinya nomor 2 terjelek dari 62 negara. Sebaliknya negara-negara Skandinavia seperti Finlandia, Â Swedia, Â Islandia, Â Denmark, Â Swiss, Â yang literasinya 10 besar di dunia, Â paling baik index korupsinya, Â paling aman dan paling tinggi index kebahagiaan warganya.Â
Kang Maman secara tidak langsung mau menyindir KPK, Â sebanyak apapun OTT digelar, Â kalau rakyat Indonesia belum diperbaiki index keberhasilan literasinya, Â maka korupsi tetap menjadi budaya, Â karena rakyat merasa budaya feodal dan korup itulah yang terbaik.Â
Pada sesi tanya jawab,  pertanyaan Ara Niagara (Arako), tentang bagaimana caranya tidak sedih tulisannya di "copy paste" atau kutip orang tanpa ijin. Kang Maman jawab dengan bijak,  sedekahkan saja,  artinya tulisanmu dianggap bagus. Tetapi si  tukang "copas" ini tidak mendapatkan kata-kata itu dari hati,  jadi dia kehilangan kepuasan jiwanya dan kalau ada yang menanyakan bagian itu dia pasti bingung,  karena proses mendapatkan kata-kata bijak itu dia tidak punya.Â
Akhir kata, Â terima kasih panitia Sobat Literasi Jalanan dan Universitas Muhamadiyah Palembang yang bekerja sama membuat acara seperti ini. Â Jarang Saya tahan 2 jam mendengar profesor medis terkenal sekalipun bicara. Â Tetapi di acara ini Saya betah sebetah betahnya.Â
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI
Lihat Lyfe Selengkapnya