"Kamu begitu lugu, kamu begitu menjaga diri dan tidak pernah ada yang memacarimu sampai usia 17 tahun ini, setahuku dan sepengakuanmu. Ketika aku mencium keningmu di malam valentine Rabu lalu, aku merasa bahagia, aku merasa yang pertama dan aku ingin menjadi yang terakhir. Aku tidak menyangka ternyata begini...Siapa?" Dolan menggenggam tangan Mollya erat, seerat-eratnya.
"Apa teramat sangat perlu kamu tahu? Yang penting hatiku sudah padamu? Dan kita sudah pacaran? Aku memang baru kasih cium kening dulu, kalau cium bibir nanti, mungkin valentinan tahun depan...." Gadis tercantik di kelas II IPA itu tersenyum manis sekali.
Tahun depan? Lama banget, lalu bagaimana sampai sentuhan-sentuhan lain yang lebih "hot"? Peluk? Sentuhan ke dada? Ke punggung? Ke perut? Ke bawah perut? Setiap malam valentine dapatnya satu tahap-satu tahap begitu? Dapatkah Dolan menunggu selama itu?
Bagi Dolan dan remaja sekampung eh sekotanya, malam valentine sebagai hari kasih sayang adalah saat ideal yang paling sempurna untuk "meminta" sentuhan-sentuhan kepada pacar-pacar mereka. Meniru budaya Barat? Tidak jelas juga, karena di Jepang mereka malah ciuman atau dan lain-lain pertama saat kelulusan SMP dan di Amerika, ciuman bahkan "making love" pertama biasanya di hari apa saja, tidak perlu ada coklat, tidak ada bunga mawar, yang penting ada kamar dan ada kunci kamarnya.
"Bukan, Sayang. Aku hanya penasaran, Siapa lelaki yang sangat beruntung sudah mencium keningmu itu....Dia pasti istimewa?" Pancing Dolan.
"Bukan mencium, tetapi aku malah yang mencium dia di bibir, dia malah kaget, tidak menyangka aku melakukannya, karena menganggap aku orang yang memang seharusnya dia tolong..."Mollya tersenyum malu.
"Menolongmu? Maksudmu Bapak guru jurnalistik kita Calvin Wong yang super ganteng itu? Yang nulis di media sosial tiap hari? Yang sakit infertilitas tetapi tetap banyak wanita mencintainya karena wajah orientalnya dan......"
"Cukup. Iya. Kau ingat, kan? Peristiwa itu?" Mollya menatap nanar.
Lima bulan lalu, mereka berwisata ke Lampung ke Gunung Anak Krakatau untuk ekstrakurikuler jurnalistik yang dipimpin guru "kelas inspirasi" Calvin, Pengusaha kaya raya pemilik toko "oncall" pertama di Asia. Tiap bulan si ganteng mengajak peserta kelas inspirasi untuk travelling  ke tempat wisata sekitar ibu kota untuk dijadikan bahan tulisan. Semua biaya ditanggung perusahaan si guru. Dia mengabdikan diri ke kelas inspirasi itu karena alumni di SMA sana. Dan ingin 1,2,3, atau belasan diantara 107 anak ekstrakulikuler jurnalistik disana suatu saat menjadi penulis terkenal atau traveller blogger kelas dunia.
Dan saat di pantai, Mollya tergelincir saat mau welfie dengan sahabatnya Maurin yang cantik. Keduanya jatuh ke air yang agak dalam dan banyak rumput laut yang menahan kaki mereka saat bergerak-gerak untuk mengapung. Maurin yang lumayan berenangnya dapat ke tepi, sementara si sahabat sudah mulai tenggelam dan dia sekuat tenaga meminta pertolongan.
Sialnya 105 anak jurnalistik lainnya tidak ada yang berani menolong karena ilmu renangnya masih "untuk dipakai sendiri", belum tahap mampu menolong orang dan si guru gantenglah yang secara gagah berani terjun ke palung yang agak dalam itu, 2 menit di dalam, dia berhasil mengangkat Mollya.