"Memangnya hasil "browsing-an" Ibu, Â apa? " Tanya Saya.Â
"Bronkitis akut dapat berakibat komplikasi berat yang berakhir ke sepsis lalu kematian. Lalu obat yang dokter kasih teo**l berguna untuk melebarkan saluran napas dan mencegah komplikasi gagal napas dan kematian. Padahal saya hanya demam dua minggu dan batuk pilek, Â Dok. " Keluhnya.Â
Kebetulan si Pasien, ibu muda usia 30 tahunan ini membawa "smartphone" model terbaru yang menjelajahnya kencang sekali dan semua hasil laboratorium, Â ronsen, ultrasonografi dan obat-obatan yang dia dapat dia cari seluk beluknya dan hasilnya adalah kegalauan.Â
"Kalau galau, Â kenapa Ibu masih mau makan obat dan mengikuti semua petunjuk perawat?" Tanya Saya penasaran, Â mengingat beberapa pasien atau keluarga pasien yang "kepo" dengan pentakitnya selama perawatan, Â terkadang menolak terapi tertentu malah terkadang terkesan mengajari dokternya tentang obat-obatan dan pemeriksaan yang lebih canggih di Amerika. Â Atau kalau mereka ada keluarga yang dokter spesialis di tempat lain, Â terapi yang disarankan si dokter itu dipaksakan saya ikuti karena menurut mereka si dokter itu lebih pintar.Â
"Saya pasrah saja, Â Dok. Â Toh dua hari ini keluhannya jauh berkurang. Â Kalau tambah parah, Â saya pasti minta pindah dokter." Nah, Â jawaban pintar.Â
Kondisi seperti ini ada enaknya, Â ada juga tidak. Â Menjelaskan penyakit ke Pasien atau keluarganya yang suka "browsing" terkadang lebih mudah, Â tinggal menyelaraskan dengan kondisi terkini si Pasien.Â
Tetapi kalau bertemu yang bertipe "sinyo Belanda" agak susah, Â karena seperti lebih pintar mereka dari kita soal penyakitnya padahal dia baru baca dari internet beberapa jam yang lalu.Â
Biasanya kalau sudah bertemu yang begitu, saya mempersilahkan beliau pindah dokter atau dirujuk ke rumah sakit lain atau tetap dengan Saya tetapi pasrah. Kebanyakan sih memilih tetap ke Saya dan lebih melunak.
Percaya atau tidak, Pasien yang lebih pasrah sama dokternya biasanya lebih mudah membaik kondisinya daripada yang tipe "sinyo".
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H