"Dok, Â pasien sesak napas hebat, Â tadi sebelum kesini, sudah dibawa ke rumah sakit tipe D, Â tetapi di IGD sana pasien diberikan oksigen pakai sungkup malah meronta-ronta dan tambah sesak." Lapor dokter jaga IGD (instalasi gawat darurat) kami.Â
Saya pun ke IGD dan melihat si pasien laki-laki usia 70 tahunan dan kurus itu tetap gelisah dan sungkup oksigennya jenis 'rebreathing masker'. Jenis sungkup ini membuat pasien menghisap lagi udara yang tadi dikeluarkannya yang banyak CO2, jadi karbon dioksida (CO2) itu bertambah banyak terperangkap di tubuh pasien yang membuat tambah sesak.Â
"Ganti sungkupnya yang NRM ('non rebreathing masker ')" Kata saya, Â lalu beberapa saat kemudian sesaknya berkurang dan pasien tenang. Tentu saja semua obat untuk penyakit sumbatan saluran napas kronis lainnya seperti anti alergi, Â antibiotik dan pelebar saluran napas juga diberikan.Â
Beberapa teman sejawat juga melaporkan kasus unik, Â menerima kasus di IGD, dari klinik di perkantoran atau fasilitas kesehatan primer, Â sesak napas hebat terjadi bukan akibat penyakitnya, Â tetapi akibat diberikan oksigen pakai sungkup yang ketat tetapi CO 2 nya yang dihembuskan pasien terhisap lagi, bukan sungkup yang NRM.Â
Setelah sungkup yang 'rebrething' itu dilepas,  malah pasien lebih nyaman dan dipasang oksigen tanpa sungkup  hanya kanul biasa.Â
Jadi terapi menggunakan oksigen di klinuk atau di rumah sakit sebenarnya tidak sederhana, Â kapan memakai kanul biasa, Â kapan memakai masker 'rebreathing'dan kapan memakai yang NRM. Â Kalau asal-asalan memilih alat, Â maka pasien bukannya tertolong, malah keracunan CO2.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI