Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

(Cerpen) Haruskah Dokter Konvensional Demonstrasi Menolak Dokter "Online"?

5 November 2017   23:31 Diperbarui: 5 November 2017   23:57 597
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Robot operasi (ilustrasi pribadi)

"Selesai, Dok. Mereka sudah mulai operasi laparatomi kemarin memakai 'Robomed'. Pasien dimasukkan ke sebuah mobil yang punya ruang operasi mini, sudah steril yang diparkir di depan rumahnya. Si robot melakukan prosedur membius, antiseptik, menyayat kulit otot, mencari usus yang bocor dan mejahitnya, mencuci semua nanah di rongga perut dan menjahit dinding perut dengan rapih. 

Semua dikendalikan oleh 'Doc-Online' dari Canada..." Gerutuh Dokter Bowo, spesialis bedah digestif, saat periuk nasinya bedah membedah bagian perut sudah dirambah dokter-dokter 'online' lengkap dengan aplikasi canggihnya dan mesin serta robot-robot yang membantu pelaksanaan terapinya.

"Saya sudah bahas itu dua tahun lalu pada dokter-dokter yang pakai pisau. Bukan tidak mungkin akan kejadian begini. Kami dokter yang tanpa pisau sudah duluan kena getahnya, jadi kami sudah antisipasi dengan rajin datang ke rumah-rumah pasien-pasien lama, jemput bola. Karena dokter 'online' dengan mudahnya memberikan resep pada pasien via 'media sosial', hanya dengan membaca keluhan yang diketik, gejala yang dikasih foto-fotonya. 

Semua dijawab oleh dokter ahli yang bekerja sama dengan aplikasi itu di dalam negeri atau luar negeri. Pasien yang punya 'gadget' jadi jarang ke praktek dokter konvensional, bahkan obatnya pun belinya di apotik 'online'..."Dokter Pandu yang spesialis penyakit dalam pun menggerutuh.

Mekanisme pengobatan yang dilakukan oleh dokter 'online' ini ada dua versi, pertama ada dokter ahli benaran diajak kerja sama untuk melakukan terapi dan tindakan seperti operasi, bisa di kota itu, atau di kota lain atau di negara lain. Mereka memeriksa jarak jauh dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik jarak jauh dengan melihat dari kamera dan untuk jantung atau paru-paru, 'gadgetnya' ditempelkan ditempat yang diminta oleh si dokter. Operasipun dilakukan oleh si dokter dengan jarak jauh memakai 'Robomed' seperti mainan 'remote control' lainnya.

Versi kedua sudah lebih gila lagi, tidak ada manusia yang terlibat semua dilakukan analisanya oleh komputer dan prosedur operasipun dilakukan oleh komputer pintar dengan mengambil prosedur operasi yang sudah baku.

Yang tidak terbayangkan, di tahun 2097 ini, semua asuransi kesehatan berbasis 'online' mau membayar aplikasi ini karena memangkas biaya sampai 60%, walaupun hasil pengobatannya terjadi ketidaksesuaian diagnosis dan terapi lebih banyak 15%, terutama yang 100 persen memakai komputer. Regulasipun dipermudah, karena dinilai adanya dokter 'online' lebih membuat pelayanan kedokteran lebih merata dan lebih cepat dijangkau.

"Kita demonstrasi saja. Kalau ada mobil dokter online lewat di depan rumah sakit, kita hentikan, lalu kita rusak..."Kata dokter satu yang sudah menurun pendapatannya 70-an persen. Dia sebulan hanya 7 kali menolong melahirkan dengan operasi seksio sesaria, itupun 5 diantaranya karena memperbaiki kegagalan operasi yang dilakukan 'Robomed' dan dokter 'online' yang salah potong pembuluh darah di sekitar rahim.

"Masak harus sekasar itu? Pihak birokrasi tidak bisa diajak berunding lagi apa? Supir taksi, pilot, polisi, pembantu, restoran, mall sudah berpuluh tahun lalu berdemonstrasi dan merusak versi-versi 'online' profesi mereka, tetapi semua tidak mampu meredamnya. Akhirnya mereka menyerah dan bekerja sama, harus siap bergantian antara konvensional dan 'online', ditentukan bagaimana harus muncul yang konvensional dan kapan yang 'online' boleh datang...."Usul Profesor Meikatakata yang ahli jiwa.

Perdebatan panjang, demonstrasi yang malah dicibir masyarakat karena dianggap tidak siap dengan perkembangan jaman membuat profesi ini sangat-sangat terpukul. Beberapa fakultas kedokteran jadi sepi peminat dan tutup dan justru muncul fakultas baru yang menggabungkan robotik dan kedokteran bernama 'Digimed Faculty'.

Dan memang, ada 5-10% di tiap kota dokter konvensional yang masih tetap penghasilannya, tidak ditinggalkan pasien-pasiennya, itulah mereka yang rajin memberi nomor sosial medianya ke pasien dan mau berinteraksi dengan mereka jarak jauh untuk keluhan ringan dan baru bertemu diperiksa untuk berbayar di saat keluhannya sangat menggangu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun