"Nah, ini bapak gula darahnya sudah 130-an, padahal dosis insulinnya hanya 10 unit saja malam hari. Mau diganti obat makan, tidak?" Tanya saya pada pasien usia 50-an tahun yang pernah dirawat dengan gula darah diatas 500 mg/dL, pingsan saat bekerja, perokok berat, peminum alkohol, suka begadang dan jarang olah raga, kerjanya di kantoran yang berurusan dengan berkas-berkas dan komputer jadi lebih sering duduk.
"Saya sudah pernah disarankan begitu, dok. Memang gula darah saya tidak pernah diatas 140 mg/dL lagi walau dengan metformin hanya 1x1, tetapi beda sekali, dok pakai insulin saya lebih segar. Kalau tidak pakai lebih mudah lemas.."Jawabnya tegas.
"Oh, begitu, ya. Bentuk lemas dan segarnya bagaimana, pak?"Saya tentu tertarik mendengar pernyataan pasien yang lebih bersifat kualitatif, karena selama ini patokan seorang dokter biasanya angka-angka, cukup ditargetin dibawah 200, dibawah 140, jangan kurang dari 60 dan lain sebagainya. Nah, si pasien ini tampaknya sudah lebih maju, dia mulai memperhatikan kualitas hidup.
"Pakai insulin tidak mudah mengantuk. Sehabis makan tidak langsung malas bergerak, tetapi bisa aktif kembali. Kalau mau tidur juga lebih nyenyak. Penat-penat di badan hilang, dok."Jelasnya.
Akhirnya si pasien saya kasih dosis sangat minimal 1x 6 unit tiap malam pukul 20.00 WIB dan gula darahnya selama tiga bulan stabil terbukti dengan sel darah merahnya yang 'tercemar' gula hanya 6,3% (Hemoglobin A1C).
Konsep yang ada sebenarnya insulin itu bak makanan siap saji dari restoran yang bisa langsung dimakan, sementara obat anti diabetes oral layaknya bahan-bahan makanan mentah, bumbu, kuali, kompor dan gas yang belum diolah. Kalau pakai insulin maka tubuh bak langsung 'instant' menurunkan gula darahnya, sementara kalau makan obat dari mulut seperti harus mengolah dulu semua bahan makanan dan belum tentu enak dimakan.
Yang menjadi nilai tambah insulin adalah efeknya di pembuluh darah dengan membuat lentur dan memperbaiki kalau ada robekan-robekan kecil yang memungkinkan kolesterol menumpuk disana.
Jadi jangan heran, pasien diabetes melitus yang sudah mengerti kualitas hidup 'ala insulin' akan tetap minta diresepkan obat itu walau untuk dosis kecil 6 unit dan ini bukan termasuk ketagihan, tetapi ini adalah pilihan hidup.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H