"Sesak napas sejak 3 bulan lalu, Dok. Tambah sesak seminggu terakhir. Batuk ada, tapi dahaknya susah keluar dan bicarapun serak sekali..." Demikianlah anamnesis penyakit kakek usia enam puluh tahunan dengan badan kurus dan dulunya perokok berat sampai 3 bungkus sehari.
Lalu pada pemeriksaan fisik terlihat otot-otot bantu pernapasan semua menonjol, pergerakan otot di sela iga juga menguat dan bibir si kakek mencucu dan setelah diberikan oksigen dosis tinggi pun saturasi oksigen di jari jempolnya masih dibawah 90%. Si kakek juga sulit menelan.
"Sepertinya ada sumbatan saluran napas yang berat, saya sarankan dipasang selang ke saluran napas supaya karbon dioksida yang terperangkap di saluran napas bawah bisa keluar."Saran saya.
Keluarganya setuju dan dicoba melakukan pemasukan selang yang dinamakan tindakan intubasi, tetapi ternyata 'mentok', selangnya tidak bisa masuk.
Lalu si bapak dikonsultasikan ke dokter spesialis THT (telinga hidung dan tenggorokan), dan disimpulkan ada tumor tepat di belakang lidah yang hampir menutupi semua saluran napas. Lalu dilakukan CT-Scanning daerah leher dan terlihat tumornya kurang lebih sebesar buah kedondong di sekitaran jakun.
Tidak ada cara lain, maka pintu masuk udara dari lubang hidung harus dialihkan ke lubang buatan dibawah tumor dan dilakukanlah trakeostomi (membuat lubang di trakea, saluran napas) dan dipasang selang (kanul) yang menetap.Â
Kasus ini unik, karena membuat saya pribadi lebih bersyukur masih punya dua lubang hidung normal yang dapat dipakai menyalurkan oksigen ke paru-paru secara lancar tanpa hambatan dan dari paru-paru si oksigen dapat sampai ke semua sel dengan persentase diatas 97%.
Bagaimana dengan lubang hidung anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H