Kebebasan berpendapat yang terjadi di Eropa Timur sejak pecahnya Uni Sovyet di awal tahun 90-an membuat demonstrasi dan kebebasan berpendapat terjadi sangat luas dan tidak dapat dihentikan oleh aparat keamanan kecuali bila berlangsung sangat anarki.
Seperti di Praha, yang menjadi ibukota Republik Ceko (dulunya bergabung dengan Slowakia dalam Cekoslowakia), dimana pernah mengalami kekuasaan pemerintahan komunis boneka dibawah kendali Uni Sovyet yang membebaskannya dari NAZI tahun 1945, saat ini sangat toleran terhadap adanya protes-protes terhadap kebijakan dalam negeri maupun luar negeri.
Hari Minggu, 25 Juni 2017 lalu, di lapangan Kota Tua Praha, sekelompok orang yang menamakan dirinya 'Prague Maidan' membuat tenda, spanduk dan berbagai poster yang meminta supaya Rusia tidak campur tangan terhadap krisis di Ukraina.
Krisis Ukraina terjadi tahun 2014, dimana dua daerah Donetsk dan Luhansk yang berbatasan dengan Rusia, serta penduduknya sebagian besar berbahasa Rusia menyatakan berpisah dari Ukraina dan membuat konflik bersenjata yang telah menewaskan 6000-an orang, termasuk di dalamnya 298 penumpang pesawat Malaysia Airlines MH17 tanggal 17 Juli 2014 saat penerbangan dari Amsterdam menuju Kuala Lumpur.
Rusia menyatakan tidak terlibat dalam krisis tersebut, namun menyatakan bahwa ada warganya yang mungkin saja menjadi sukarelawan di perang dengan Ukraina. Hal ini mungkin yang menjadi perhatian serius dari kelompok pendemo di Praha ini, karena Ukraina dan Ceko berdekatan dan pantai-pantai di Ukraina yang indah menjadi tempat wisata bagi orang-orang Ceko maupun Slowakia yang negaranya tidak punya pantai.
Walaupun sedikit, namun yang penting bagi para pemrotes ini adalah ide mereka disebar ke semua orang yang peduli. Karena ide-ide demokrasi, ide sosialis, ide moderat, ide radikal dan ide tentang apapun bermula dari hal-hal kecil yang disampaikan berulang-ulang dan begitu sudah bertemu 'moment' baiknya ia akan menyebar tak tertahankan.
Maka dari itu, ide yang mereka bawa tentang menolak campur tangan Rusia, mungkin ingin mencegah kebangkitan Uni Sovyet jaman perang dingin dahulu, dimana Rusia perlahan namun pasti menguasai negara-negara di sekitarnya tanpa bisa dicegah, sementara NATO belum memiliki sikap terhadap krisis ini dan belum mencium adanya keinginan Rusia mengembalikan masa-masa kejayaannya di abad 20 lalu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H