Ide 'brilliant' sesorang politisi muda tentang membuat rumah apung di tepi-tepi sungai di Jakarta sebagai solusi terbaik mengatasi banjir tanpa menggusur, mungkin secara nyata 'barangnya' dapat dilihat di tepian Sungai Musi palembang yang termasuk salah satu sungai terlebar di Indonesia, dimana paling lebar 1350 meter dan tersempit 250 meter dan panjang 750 kilometer.
Secara keindahan, terlihat sangat cantik, karena memang tujuan dibuatnya rumah makan tersebut sebagai cara promosi dan membuat nyaman para pelanggannya dari dalam kota maupun wisatawan luar kota bahkan luar negeri.
Tetapi di tepian Sungai Musi sebagian besar rumah rakitnya tidaklah seindah yang diatas dan terkesan kumuh, apalagi yang dimiliki oleh keluarga kurang mampu,seperti gambar dibawah ini.
1. Penyakit kulit, karena sebagian besar penduduk rumah rakit mandi dari air Sungai Musi atau kalau tidak air hujan.
2. Penyakit saluran cerna, karena mungkin saja air sungai terminum saat mandi dan si air itu sendiri sudah tercemari limbah dari rumah rakit di hulunya.
3. Penyakit saluran napas, karena kelembaban udara di tepi sungai mungkin lebih tinggi dari di darat dan asap yang keluar dari perahu, kapal tanker atau tongkang batu bara yang melintas dapat mengganggu saat terhisap penduduk rumah rakit.
4. Kemungkinan tertabrak perahu, sangat mungkin terjadi, karena antara kapal dan rumah rakit tidak ada pagar yang membatasi, semua benda diatas air dapat saling bersenggolan.
5. Bahaya tenggelam. Walaupun sedari bayi anak-anak rumah rakit sudah akrab dengan air, namun dikala ada gelombang besar, atau saat terpeleset kepalanya terbentur dan kehilangan kesadaran, maka tetap mungkin penduduk rumah rakit mengalami kecelakaan fatal.
Satu hal yang pasti, luas Sungai Musi masih sangat memungkinkan adanya rumah rakit di kedua tepinya karena masih diatas 100 meter luasnya dan sederas-derasnya hujan, sungai ini tidak pernah setahu saya mengalami banjir bah bak tsunami yang kecepatan alirannya melebihi 60 km perjam. Berbeda dengan sungai-sungai di Jakarta yang kalau di Bogor hujan lebat akan sangat deras aliran sungainya, sementara luas sungai di Jakarta kebanyakan kurang dari 30 meter.
Membuat rumah rakit atau rumah apung yang baik juga memerlukan dana yang tidak sedikit, karena instalasi listrik, air bersih dan pembuangan limbah rumah tangganya harus khusus dan pondasi rumahnya juga harus memakai kayu-kayu yang saat ini harganya lebih mahal daripada beton.
Semoga, ide-ide 'brilliant' seperti ini harusnya dibuat dahulu studi kelayakannya oleh pakar-pakar konstruksi bangunan, pakar lingkungan dan pakar kesehatan secara holistik sebelum disampaikan ke masyarakat dan dijadikan program unggulan karena mungkin akan sulit dilaksanakan, walaupun dipaksakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H