Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Celana Dalam Wanita Tersegel Ini Membuat Saya Lebih Mensyukuri Demokrasi

15 Januari 2017   21:33 Diperbarui: 15 Januari 2017   22:06 1086
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"What it is?" Tanya Tomy, 'tour guide' berbahasa Inggris saat kami mengunjungi istana sekaligus musium kerajaan Zhangjiajie jaman dahulu tanggal 6 Januari 2017 lalu.

"Can you tell me?" Tanya istriku.

"It is women underwear ....."Katanya dan dia menjelaskan di kanan atas celana dalam itu ada semacam segel atau kunci.

Dia pun menjelaskan itu terjadi karena jaman dahulu kala, di kerajaan ini semua wanita itu milik raja. Hanya raja yang boleh membuka segel celana dalam wanita, nah, lho. Itu memang di jaman dahulu, dimana kekuasaan raja sangat absolut dan setiap orang yang tidak puas dengan sang raja harus merebut kekuasaan dengan paksa dan berdarah-darah dahulu, lalu kembali setelah dia menjadi raja, kekuasaannya pun mutlak. Raja yang terlalu lemah, terlalu takut menindak para penggerutuh pasti akan berani disingkirkan.

Jaman sekarang pun kerajaan banyak yang mengadopsi demokrasi seperti di Inggris, Jepang dan Thailand, dengan pemerintahan dan hukum dilaksanakan sesuai demokrasi dan raja hanya sebagai simbol negara. Tidak ada celana dalam wanita tersegel yang harus dibuka oleh raja.

Ada pula negara yang mengaku demokrasi, tetapi sebenarnya hanya kerajaan dengan sistem pemilihan yang direkayasa dan parlemen boneka, pada dasarnya sang presiden adalah raja dan walau tidak ada acara segel-segelan celana dalam, semua mulut warganya sudah disegel duluan, yang berani melepaskan segel akan dianggap ancaman dan penghianat negara.

Adanya pihak-pihak yang cenderung memaksakan kehendak dengan berbagai temanya dengan mengandalkan kekuatan massa dan ancaman, tidak membuka ruang dialog musyawarah dengan mekanisme perwakilan, sebenarnya cenderung mengarah ke pemerintahan diktator absolut yang bertentangan dengan prinsip demokrasi.

Berkembangnya Nazi di Jerman di tahun 1930-an juga karena ketidakmampuan mengendalikan organisasi dengan cara-cara memaksakan kehendak seperti ini dan selanjutnya Hitler pun memiliki kekuasaan absolut yang hampir menguasai Eropa. Walaupun akhirnya demokrasi bisa menang di perang dunia kedua, ini mungkin menjadi inspirasi tema film Star Wars Antara Kekaisaran dan Pemberontak yang inginkan adanya demokrasi, federasi.

Semoga para penegak hukum dan para politikus yang masih ingin berdemokrasi normal 5 tahunan dengan jujur dan adil mulai mengantisipasi gerakan-gerakan yang terasa antidemokrasi ini yang walaupun belum tentu nanti diktatornya berniat menyegel celana dalam semua wanita di kerajaannya, namun minimal semua mulut rakyatnya dan hak politiknya pasti disegel oleh mereka.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun