"Syukur Dok, ronsen dada saya normal..." Kata pasien wanita usia 20-an akhir, yang kemarinnya dilakukan ronsen.
"Ya, sepertinya ibu daya tahannya kuat dan cukup bisa mengatasi kuman tuberkulosis dari suami..."Kata saya.
Suami ibu ini baru saja pulang dari perawatan batuk darah yang lumayan deras, sehari bisa kurang lebih dua gelas belimbing darah segar yang keluar seiring batuk. Karena ada demam dan lemas, si suami dirawat dan positif menderita TBC paru-paru.
"Mengobatinya perlu enam bulan, ya dok?"Tanya si ibu memastikan.
"Iya, minimal, kalau sudah enam bulan diperiksa dahak dan ronsennya lagi, tetapi bulan kedua dahak juga diperiksa tersendiri, memastikan peralihan dari positif ke negatif."
"Pisah ranjang dulu 6 bulan, Dok...Saya tidak mau ketularan."Kata si ibu sambil bergidik ngeri.
"Wah, saya sih tidak menyarankan seekstrim itu, siapa tahu ada cara lain untuk mencegah penularan tanpa harus pisah ranjang."
"Namanya suami istri Dok. Tidak mungkinlah jaga jarak aman kalau seranjang. Belum lagi anak-anak saya masih balita. Ini harus diperiksa juga tes 'mantoux' untuk tahu reaksinya atas TBC." Ternyata si ibu pun sudah memeriksa dua anak balitanya dan menunggu hasil pemeriksaan TBC melalui tes kuman di kulit. Kalau terjadi kemerahan dan menonjol diameter tertentu setelah 2 hari penyuntikan kuman yang dilemahkan, itu artinya positif TBC.
"Ya, mudah-mudahan ibu sekeluarga dapat menemukan cara mengatasi penyakit ini dengan baik. Ibu dan anak tidak tertular, namun Bapaknya anak-anak juga jangan merasa tersingkirkan."
Susah terbayang si Bapak harus jauh-jauhan dari istri selama 6 bulan gara-gara kuman TBC. Tetapi kalau istrinya dan anak-anaknya dia sayangi, harus dilakukan juga, kan?