Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Antara Motivator dan Motif Aktor

6 Oktober 2016   23:52 Diperbarui: 7 Oktober 2016   00:03 359
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sebutlah namanya Haji B, dia mengakunya petani kelapa dan ternyata memang dia petani kelapa di perairan pesisir Sumatera Selatan, tetapi tanaman kelapanya puluhan hektar, dia punya buruh tani puluhan orang, setiap minggu kelapa yang dipanen lalu dijual ke Palembang puluhan ribu, namun di usianya yang sudah enam puluh tahunan, dia masih menyempatkan diri tiap pagi dan sore mengupas kelapa-kelapa yang masih ada pelepahnya, lalu ditumpuk menggunung untuk siap dijual.

Alasan Haji B sederhana, badannya pegal-pegal kalau tidak bekerja dan dengan bekerjalah dia memberi semangat pekerjanya yang lain untuk lebih rajin. Saat ditemui pak haji ini hanya berkaus, bersarung dan berkopiah biasa.

Haji B setahu saya tidak pernah berkata kepada semua orang di desanya, semua pekerjanya atau semua kenalan yang mengikuti sejarah kesuksesannya, bahwa kalau mau sukses itu harus..bla...bla....bla....Dia hanya bekerja dan yang lain meneladani dan bermimpi dapat mengikuti kegigihannya dalam merintis kebun dari 1 hektar ke hektar lain, bagaimana mengupah yang adil dan bagaimana mengelola penghasilannya untuk investasi ke barang tertentu atau membuka lahan baru.

Motivator bukan 'motif aktor', penamaan saya untuk orang yang berakting dalam memberikan motivasi yang dia baca dari kisah-kisah inspiratif atau buku-buku pengarang-pengarang terkenal berisi teori-teori pencerahan, teori-teori mendapat kebahagiaan dan lain sebagainya. Motif aktor kesannya berakting, nada suara diatur, pakaian rapi, gerakan-gerakan tubuh diperhitungkan, serta kata-kata inspiratifnya sudah disiapkan dan dilatih berjam-jam, berhari-hari bahkan berminggu-minggu untuk acara 1-2 jam.

Terkadang memang ada skenario yang telah disusun, siapa yang bertanya dan jawabannya apa, kapan harus bertepuk tangan dan kapan hadirin berdiri memberi 'applause', bahkan kapan harus tertawa.

Bila datang ke rumah motif aktor, jangan heran kenyataan tidak seindah kata-kata bijaknya di televisi, karena tidak ada kamera dan skenario yang harus dijalankan. Bisa saja dia menendang anaknya yang nakal, melempari istrinya dengan sepatu atau keluar kata-kata tak pantas saat ada anak tetangga memetik bunga mawar di halamannya.

Intinya, kalau memang motivasi bisa tumbuh secara mandiri, karena perenungan yang dalam, itu akan sangat bagus sekali, namun kalau motivasi diharapkan tumbuh melalui orang lain, maka, seharusnya mempelajari kisah hidup orang-orang menginspirasi seperti Haji B sang petani kelapa dan bukan mencari inspirasi dan motivasi dari sebuah acara yang diatur-atur, padahal kenyataannya di lapangan sangat bertentangan. Terinspirasilah oleh kisah yang telah terbukti dan teruji, jangan termotivasi dengan kata-kata bijak yang hanya pengembangan teori-teori yang diskenariokan.

Namun, kalau bisa malah kita sendirilah yang harus menginspirasi, memotivasi orang-orang sekitar kita dan jangan malah membuat mereka kecewa, karena kita lempari sepatu.

kompal-logo-57f6810a587b61621515dbe7.jpg
kompal-logo-57f6810a587b61621515dbe7.jpg

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun