Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Akhirnya, Sekolah Motivator Setara DIII, Dibuka!

2 Oktober 2016   20:41 Diperbarui: 2 Oktober 2016   21:02 263
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sekolah motivator (ilustrasi pribadi)

"Setara D III? Bukannya motivator itu harus minimal sarjana, atau bila perlu profesor?"Tanya para wartawan, ketika Sekolah Tinggi Personality dibuka.

"Oh, itu masa lalu, karena motivator dahulunya diakui karena proses belasan tahun, dia juga dibentuk oleh proses pencitraan dan pencarian jati diri yang panjang. Namun saat ini tidak, untuk menjadi motivator cukup dengan belajar 3 tahun dan sudah siap bicara dimana saja." Jelas Nila, seorang 'motivator maker' terkenal di ibu kota. Banyak pegawai bank, artis, atlit, politikus dan mantan pejabat yang mampu dia orbitkan jadi pembicara yang memotivasi orang-orang galau di berbagai strata sosial.

Orang-orang yang sudah mapan ini terkadang ingin keluar dari zona nyamannya untuk menjadi semacam pembicara, namun harus lintas agama, karena kalau mau jadi ulama, mereka mengakui sulit, karena ilmu agamanya sebenarnya sangat dangkal.

"Jadi ibu Nila ingin membuat anak-anak yang baru lulus SMA dan usianya 20-an untuk memotivasi yang sudah berumur? Berpengalaman? Apa yang mendengarkan mau?" Bombom, wartawan kritis dari media online Detak dot com agak ketus bertanya.

"Bung Bombom teman saya yang baik jiwanya, saya sudah riset 20-an tahun. Motivator anak-anak SD pun sudah pernah saya latih selama 6 bulan dan sempat laku, tetapi saat dia tertangkap kamera CCTV merokok di usianya yang masih 10 tahun, langsung tidak laku lagi. Jadi, saya sudah memiliki 10 modul-modul paket pelajaran menjadi motivator kelas silver, atau kelas gold sampai kelas platinum." Kata sang nyonya lagi.

Hebatnya, dengan uang sekolah yang pertahun 200 juta, tetap banyak peminat, kuota 50 murid per-angkatan langsung sold out.

"Di semester dua pun sudah ada magang talk show di radio-radio milik sekolah tinggi ini, semester empat mulai magang di stasiun televisi lokal dan acara-acara instansi sekelas sekolah atau kecamatan. Di tahun akhir peserta didik mulai diorbitkan di televisi nasional dan acara-acara setingkat pemda atau universitas akreditasi B ke atas."Paparnya lagi.

Yang pasti ada kelas mengatur gerakan tangan, bibir, intonasi suara, ada banyak video motivator-motivator terkenal di berbagai dunia dan banyak buku-buku kata-kata bijak yang bisa dikembangkan oleh peserta. Dan yang pasti, dari 50 peserta didik, diwajibkan memiliki gaya yang berbeda kalau mau menjadi motivator 'one man show'. Atau mereka sendiri memutuskan berkelompok dengan gaya yang sama, kalau berencana membuat acara motivator nanti secara 'keroyokan'.

"Yang sekolah ini tidak bisa kontrol hanya kelakuan alamiah kalian di luar sekolah. Aktifitas seksual kalian, kebiasaan kalian berjudi atau mabuk atau kebut-kebutan, berkelahi atau kencing di pinggir jalan. Itu sudah merupakan urusan pribadi masing-masing dan kalau karena itu kalian jadi pamornya turun, maka kalian sudah pasti habis. Tidak ada perusahaan iklan yang mau mensponsori kata-kata bijak yang sudah kalian konsep 3 hari 3 malam......"Itulah selalu pesan akhir minggu Nyonya Nila pada murid-muridnya menjelang week end.

Karena Nyonya Nila sangat paham, akibat masa lalu yang tak eloklah suaminya yang motivator kelas dunia, yang dia bentuk bertahun-tahun dalam proses yang panjang dan sempat punya kontrak kerja hingga 10 milyar sebulan, akhirnya harus mundur, karena masalah yang sangat pribadi.

"Jangan sampai kalian jatuh terpeleset karena masalah pribadi yang terlihat sepele. Bijaklah menjaga diri masing-masing sejak muda, supaya jangan nanti diserang habis saat karir motivatormu sedang di puncak-puncaknya......" Nyonya Nila menutup pesan-pesannya itu dengan berlinang air mata.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun