Pinggang mantan atlit bela diri yang bengkok (dokumentasi pribadi)
"Sudah mendingan, tetapi masih sedikit nyeri, dok."Kata pasien pria usia 30-an akhir, dia menderita tulang belakang yang bergeser, pengapuran dan saraf terjepit. Ini diderita sudah 10 tahun kurang-lebih.
Dia berjalan agak menyeret, sedikit pincang dan sepertinya memang menahan sakit karena setiap gerakan berjalan yang salah cenderung membuat nyeri bak 'kesetrum' dari pinggang ke ujung jari kaki.
"Lebih enak difisioterapi atau dikasih obat saja, pak?"Tanyaku, karena dia juga dirujuk untuk diberi penyinaran ke daerah tulang belakang bagian pinggangnya dengan gelombang tertentu selama beberapa menit.
"Dua-duanya saya perlu, dok. Kalau hanya mengandalkan obat saja, sepertinya masih kurang, kalau hanya fisioterapi juga, rasa nyerinya berkurang bertahap, baru seri pengobatan ke 5 atau 6 yang enak betul, tetapi kalau salah gerak atau salah makan-makanan yang tidak cocok, nyerinya kambuh."Katanya.
Beberapa makanan yang sering membuat nyeri muncul lagi adalah kacang-kacangan, jenis daging tertentu, biji-bijian lain seperti jagung dan melinjo yang sering ada di sayur asam dan daging tertentu.
Tetapi ya namanya juga makanan, sesekali kepingin juga mencicipi.
Sekilas dia 'curha't ini berawal kejadian 10 tahun lalu saat bertanding salah satu jenis bela diri di tingkat nasional dan lawannya terlalu tangguh dapat membantingnya dengan keras dengan pinggang yang lebih dahulu membentur 'matras'.
"Saya pingsan, dok. Dirawat beberapa hari di rumah sakit, lalu sejak itu pinggang selalu nyeri dan berjalan pun susah." Katanya.
Untung dia masih diangkat jadi karyawan di dinas terkait dan berobat masih menggunakan BPJS. Untuk operasi memperbaiki tulang pinggang yang bermasalah dia belum berani karena ada resiko kalau gagal dia malah tidak bisa berjalan, karena kerusakannya di daerah yang 'sulit' diperbaiki.
"Bapak waktu bertanding itu mengantuk atau tidak siap?"Tanya saya.
"Tidak, dok. Saya cukup latihan, cukup makanannya, tetapi memang lawan saya mungkin terlalu kuat. Tetapi kalau sudah mewakili daerah, masak saya mundur?" Tanyanya lagi. Benar juga,ya.
Mungkin inilah sebenarnya peranan pelatih dan panitia pertandingan olah ragasemua cabang bela diri, menjaga atlit dari cedera menetap atau membahayakan nyawanya.
Aturan pertandingan yang ketat, alat pelindung dan matras yang sesuai standar akan sangat membantu. Dan memang bila perlu ada jaminan masa depan si atlit kalau terjadi cacat atau malah gugur dalam pertandingan.
Karena si atlit sendiri tidak mungkin memilih lawan tandingnya dan akan sangat malu kalau menyerah sebelum bertanding walau tahu sebenarnya lawannya sangat kuat. Panitia sendiripun tidak mungkin menyuruh si atlit lawan untuk mengendurkan serangannya, karena di lapangan semua hal dapat terjadi, maka si atlit pasti tetap akan melakukan serangan terbaik dan paling mematikan.
Tetapi jujur saja melihat kasus si pasien ini, saya kembali mempertanyakan buat apa sih olah raga- olah raga berbahaya seperti ini dipertandingkan? Apakah resiko dan hasil yang didapatkan si atlit sepadan?
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H