[caption caption="Anak pemakan singkong (dokumentasi pribadi)"][/caption]"Anak 2,5 tahun makan singkong setengah piring, lalu mual, muntah dan kehilangan kesadaran, dok. Dua saudaranya yang lain lebih besar, ada mual dan muntah juga, tetapi tidak diminta rawat oleh orang tuanya, karena tidak ada biaya." Lapor dokter IGD (Instalasi Gawat Darurat) malam itu saat acara Laporan Pagi.
Ayah balita ini buruh pabrik yang tidak ikut BPJS, padahal penghasilannya kurang. Untuk berhemat, si bapak sering menyiapkan menu makan singkong selain nasi yang diambil dari kebunnya.
Si bapak mengaku buru-buru mencuci singkong tersebut sebelum dimakan, padahal katanya ubinya ada terlihat bintik-bintik hitam dan biru, karena beras sudah habis di rumahnya.
Melihat gejalanya, si anak ini dan saudaranya yang lain kemungkinan besar keracunan zat sianida dari singkong yang dimakan.
Singkong memang ada kecenderungan menyerap sianida dari zat hara di tanah, Yang ditandai dengan bintik-bintik biru di umbinya.
Gejala keracunan bisa berupa mual-muntah, sesak, kehilangan kesadaran, bahkan kejang dan tidak mungkin kematian.
Maka, kalau makan singkong sebaiknya dibiarkan dahulu beberapa hari setelah dicabut, dicuci bersih dengan air mengalir dan dipotong kecil-kecil. Bila ada bintik-bintik kebiruan, sebaiknya dibuang.
Sebaiknya untuk balita, konsumsi singkong hati-hati akibat gejalanya lebih berat.
Sianida berbahaya karena berikatan dengan hemoglobin, sehingga pengangkutan oksigen ke sel tubuh terganggu.
Setelah diberikan anti racun sianidan, diinfus dan obat untuk asam lambung, si anak perbaikan dan dapat bermain-main lagi dengan orang tuanya.
Nah, melihat peristiwa ini, jadi teringat lagu anak singkong, ternyata memang kalau anak-anak makan singkong yang tidak diolah baik itu sangat memperihatinkan.