"Saya tidak sakit Dok, cuma di pinggir lubang anus saya katanya ada wasir," kata seorang lelaki remaja umur 17-an dengan serius.
"Berdarah, enggak?" tanyaku.
"Tidak sakit apa-apa, Dok. Cuma katanya ada wasir."
"Katanya? Kata siapa?" tanyaku penasaran.
Lalu si remaja ini menceritakan sebenarnya mau ikut tes kepolisian dan oleh 'orang dalam' yang mengerti seluk beluk tes ini diperiksa duluan lalu disimpulkan kalau di anusnya ada benjolan kecil yang dibilang varises.
"Oh, begitu. Ya saya periksa dulu, ya." Lalu dengan memakai 'handschoen' (sarung tangan karet tipis) aku menyuruhnya menungging dan memeriksa sekitaran anusnya. Ada sedikit benjolan mirip lipatan kulit di pinggir anus dan sepertinya bukan wasir.
"Ada benjolan daging/kulit sedikit, tetapi sepertinya hanya gumpalan zat lemak atau kelenjar keringat yang buntu. Jadi kalau saya yang jadi pemeriksa kesehatan, kamu lulus," kata saya.
"Tapi kata (orang dalam) pemeriksa saya tadi, sebaiknya dihilangkan, Dok," katanya memohon.
"Nah, kamu oles-oles dulu pakai obat antiradang ini ya, kalau dalam 2 minggu tidak hilang, terpaksa dioperasi," kataku.
"Operasinya Dokter juga?" tanyanya lagi.
"Oh, bukan. Dokter bedah umum, dokter kulit atau malah dokter bedah plastik," kataku.