Mohon tunggu...
Posma Siahaan
Posma Siahaan Mohon Tunggu... Dokter - Science and art

Bapaknya Matius Siahaan, Markus Siahaan dan Lukas Siahaan. Novel onlineku ada di https://posmasiahaan.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

2014: Antara Politik 'Topless' dan Politik Kutang

7 Januari 2014   13:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   03:04 145
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Politik 'topless' adalah politik yang terbuka, mengumbar pesona bak wanita tanpa 'bra' menjadi menarik dan merangsang rasa ingin memiliki dan ingin dekat di awal-awalnya, namun lama kelamaan jadi mebosankan.

Misalnya di sebuah pantai semua wanitanya 'topless'. Apakah akan menarik lagi?

Awalnya sih iya, tetapi setelah wanita-wanita muda 'sexy' dengan buah dada yang indah habis terekam di mata, mulailah kita sadari ada wanita yang tidak lagi muda dengan buah dada yang sudah kendur atau wanita dengan buah dada rata atau malah laki-laki di pantai itu yang buah dadanya lebih indah dari wanita disekitarnya.

Bingungkan?

Demikianlah partai-partai yang memilih pola politik 'topless', akan sangat kehilangan 'penggemar' kalau terlalu cepat buka branya dan saat pemilu para pemilih sudah mulai bosan dengan buah dada indah dan mulai mengkritisi buah dada kendur dan rata yang terlihat sama 'topless-nya'.

Beda partai yang memilih bikin penasaran dengan kutang-kutangnya. Buah dada mungkin tidak terlalu indah, rata atau kendur, tetapi selama ditutupi kutang yang 'sensasional' yang pas mengangkat posisi buah dadanya, maka akan tetap banyak yang penasaran.

Pemilih jadi tertarik mendekati karena penasaran kapan itu kutang mau dilepas dan kalau 'timingnya' tepat, mereka akan tetap memilih menunggu dan mengamati kutang-kutang itu dibandingkan melihat adegan 'topless' di pantai.

Namun adakalanya kalau terlalu lama menunggu, memandangi kutang menjadi membosankan juga dan akhirnya pemilih pergi ke pantai atau malah pulang ke rumah dan memilih tidur dalam mimpi indah tanpa melihat kutang atau adegan 'topless' sekalian, ini namanya golput.

Jadi, baik partai berpolitik 'topless' maupun partai memilih politik kutang sangat tergantung pada 'intuisi' memilih waktu yang tepat mengumbar 'topless' dan kutang-kutangnya sedemikian, sehingga di 9 April orang sedang nafsu-nafsunya dengan mereka dan jangan malah saat hari 'H' tersebut kondisi sudah jenuh dan membosankan.

Masih mending kalau mereka memilih partai lain, kalau semuanya jenuh dan memilih tidur di rumah? Akan dibawa kemana 'topless-topless' dan kutang-kutang yang berceceran dimana-mana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun