Saya rasa setelah 'Surat Perintah 14 Maret 2014' maka peta perpolitikan di Indonesia hampir pasti akan terjadi pergeseran. Kepopuleran Jokowi dan Prabowo yang partainya jadi oposisi 10 tahun terakhir mungkin akan menjadi yang memegang kendali bersama-sama atau sendiri-sendiri.
Perlu juga dicermati kalau PDIP dan Gerindra persentase suara partainya tidak sampai 40%, partai mana lagi yang akan diajak koalisi apakah partai 'mantan' musuhnya di 'Sekber' pemerintahan terdahulu atau partai-partai baru.
Nah, yang menarik adalah partai 'Sekber' di 5 dan 10 tahun terakhir ada yang tidak pernah sekalipun 'tereliminasi' ke luar gelanggang, sanggupkah mereka menjadi oposisi? Kalau tidak apa yang mereka lakukan?
1. Mengemis-ngemis minta jatah mentri di kabinet dengan janji ngalah di pilkada?
2. Menjanjikan akan 'taat' 100% semua keputusan partai pemenang pemilu tanpa 'mbalelo' sekalipun di Senayan?
3. Berjanji akan bayar mahar semua ongkos kampanye partai pemenang supaya tetap diikutkan di koalisi pemerintahan?
Atau memutuskan dengan penuh wibawah belajar beroposisi 5 tahun sambil menyusun kekuatan dan mendidik kader-kader partai yang bermutu, merakyat dan populer tanpa pencitraan 'settingan'.
Saya pribadi menyarankan jika jadi 'tergusur' mereka belajar beroposisi dengan jantan, karena mengemis dilarang di lampu-lampu merah.
Setuju?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H