[caption id="attachment_381088" align="aligncenter" width="604" caption="Perut pasien dengan bekas luka operasi sebelum batuk (dokumentasi pribadi)"][/caption]
"Perutnya sakit, bu?"Tanya saya.
"Sedikit nyeri karena puasa dok."Kata si ibu yang beberapa jam lagi mau dioperasi.
Ibu yang usia 30 tahun ini dioperasi karena perutnya sering ada yang menonjol sebesar setngah batok kelapa kalau batuk-batuk.
"Baru operasi juga ya?"Tanyaku.
"Baru enam bulan lalu operasi 'sesar', dok, karena saya hamil dan ada mioma juga. Menurut dokter bedah, dinding perut saya tidak menutup sempurna, jadi kalau batuk dan tekanan di rongga perut meningkat mendadak, usus bisa terdorong keluar.Kayak mlendung." Sambil menjelaskan itu anaknya yang kedua.
[caption id="attachment_381090" align="aligncenter" width="604" caption="Tonjolan hernia saat batuk (dokumentasi pribadi)"]
Wah, dulu saat operasi 'sesar' memang sering batuk, ya?"Tanya saya. Karena biasanya sih dokter spesialis kebidanan cukup teliti menjahit lapis demi lapis rahim, selaput pembungkus rahim, otot dan kulit dinding perut.
"Iya, dok. Musim kemarau kan banyak debu, jadi saya batuk-batuk terus, mungkin benang jahitannya putus sebelum dagingnya menyatu."Katanya.
Ya, itu salah satu komplikasi tidak mengenakkan kalau dioperasi di perut dan saat penyembuhan pasien batuk-batuk.
Bisa saja jahitan saat operasi lepas dan dinding perutnya terbuka, sehingga terjadi 'hernia abdominalis'. Terapi satu-satunya ya operasi lagi, perut yang dindingnya bolong dibuka dan dijahit lagi.
Sederhana masalahnya, cuma batuk-batuk, tapi harus repot dua kali operasi.
Semoga bermanfaat!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H