[caption id="attachment_388532" align="aligncenter" width="640" caption="Bandara Kualanamu dari parkiran pesawat (dokumentasi pribadi)"][/caption]
Sudah menjadi jadwal resmi dua tahun sekali untuk bertahun baru 1 Januari di rumah mertua di Medan, Sumatera utara.
Pilihan memakai pesawat terbang karena memang lagi bawa 3 anak yang belum akil balig, serta sebagai dokter memang tidak bisa pergi lama-lama, paling lama seminggu. Kalau naik mobil bus antar kota, bisa memakan waktu 30-an jam lebih, apalagi di hari liburan.
Tiket dipesan 2 minggu sebelum hari 'H' dan dapatlah untuk berangkat 31 Desember 2014 dengan pesawat Garuda Indonesia, pukul 17, karena dapat tiket 860 ribuan perorang, sementara pulangnya dapat Air Asia 4 Januari 2015 pukul 7.20.
Tiba-tiba kabar duka itu datang dengan jatuhnya pesawat Air Asia di selat Karimata 28 Desember 2014, sempat bingung, namun apa boleh buat, kalau memang Tuhan mengijinkan kami sekeluarga liburan dengan selamat, pasti terjadi.
Penerbangan dengan Garuda di 31 Desember tiba di Kualanamu dengan selamat, walau ada beberapa kali mengalami guncangan karena gumpalan awan di ketinggian 30 ribuan kaki.
[caption id="attachment_388542" align="aligncenter" width="640" caption="Di Bandara Kualanamu 4 Januari, di depan replika Istana Maimun Medan (dokumentasi pribadi)"]
Setelah berlibur, berenang, wisata buah, wisata kuliner di Medan 4 hari, tibalah 'adegan' pulang ke Palembang tanggal 4 Januari pagi dan dengan sedikit trauma, kami sekeluarga berdoa minta keselamatan dari Yang Kuasa, karena kali ini pulang naik Air Asia.
[caption id="attachment_388548" align="aligncenter" width="640" caption="Keluargaku saat naik Air Asia (dokumentasi pribadi)"]
Teringat pesan beberapa teman bahwa kalau pergi sekeluarga, sebaiknya ada dua rombongan pesawat, jangan semua satu pesawat sekaligus. Tetapi 'mithos' seperti itu secara pribadi saya tidak mau turuti, karena kalau memang sudah musibah, mau bagaimanapun pasti kena juga.
[caption id="attachment_388554" align="aligncenter" width="640" caption="Pengantin baru, Lina dan Harapan (dokumentasi pribadi)"]
Sesampai di dalam pesawat, lumayan banyak kenalan yang ternyata memilih jasa penerbangan Air Asia ini dan yang paling 'surprise' adalah pasangan pengantin baru Lina Panjaitan (tehniker gigi di rumah sakit saya) dan Harapan Purba yang baru menikah 29 Desember lalu.
"Wah, selamat ya. Semoga cepat dapat momongan."Kata saya dan mereka pun tersenyum.
Itu sebenarnya doa dari saya, karena kalau keduanya dapat momongan, berarti pesawat ini pun didoakan sampai dengan selamat.
Dan benar saja, perjalanan Medan-Palembang yang kurang lebih 1 jam 30 menit kami lalui dengan mulus tanpa guncangan berarti karena cuaca saat itu benar-benar cerah.
Saya dan istri serta 3 anak lelaki yang pengantin lama dan Lina Panjaitan serta Harapan Purba yang pengantin baru pun akhirnya sampai dengan selamat tanpa kurang suatu apa. Seperti kasus di bidang kedokteran, memang setiap episode penerbangan memiliki masalahnya sendiri dan adalah tidak adil sebuah musibah dari sebuah penerbangan membuat citra negatif bagi semua maskapai ataupun jadi membuat semua orang takut terbang.
Tetapi sebaiknya memang semboyan bahwa: 'Sekarang semua orang bisa terbang' seharusnya diganti menjadi ' Sekarang, semua orang bisa terbang dengan selamat'.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H