Mohon tunggu...
Posma Ramos Simanjuntak
Posma Ramos Simanjuntak Mohon Tunggu... -

Seorang yang membentuk komunitas Awaken Spirit.......

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Paradoks: Berharga vs Dibuang

5 Mei 2013   01:18 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:05 305
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ada sebuah teka-teki yang saya ajukan kepada kita semua yang membaca tulisan ini. Teka-tekinya sangat berkaitan dengan hidup kita, yaitu : “ Kita hidup di dalamnya. Namun, terkadang dia sangat berharga bagi hidup kita, bahkan kita rela membayar dengan apapun yang kita miliki agar dapat ia kembali. Tapi, tak kurang banyak perilaku kita yang menunjukkan bahwa kita tidak menghargainya. Kita bahkan membuangnya, menyia-nyiakannya. Di sisi lain, terkadang kita merasakan bahwa ‘dia’ itu datangnya terlalu cepat, seakan ada loncatan yang demikian besar dalam hidup kita. Sebaliknya, kita pun terkadang dapat merasakan “dia” itu datangnya terlalu lambat. Seakan-akan semuanya dalam kondisi ‘slow motion’. Apakah ‘dia’ itu?”

Jawabannya antara rumit tidak rumit. Rumit karena rasanya mana mungkin sesuatu yang kita anggap berharga, tapi akhirnya kita buang begitu saja? Tidak rumit, karena setiap kita mungkin saja pernah melakukan kedua hal yang dinyatakan di dalam teka-teki tersebut. Artinya, kita adalah pelaku atau subyek dari teka-teki tersebut.

Mungkin begitu banyak jawaban yang terlintas dalam pikiran kita masing-masing. Jadi lebih baik kalau kita menyamakan jawabannya. Agar setiap kita dapat merenungkan dengan persepsi yang sama. Jawaban dari teka-teki itu adalah : “Waktu.”

Saya lebih baik menjelaskannya dengan memakai cerita. Seorang teman saya pernah hampir mengalami kecelakaan di jalan raya. Ketika itu ia mengendarai mobil sepanjang malam dari Jakarta ke Semarang. Mungkin karena lelah, ia sempat mengantuk ketika mengendarai mobil itu. Ia mengatakan sempat tertidur untuk beberapa detik saja. Dan ia begitu kagetnya ketika mendengar suara klakson yang sangat kencang yang membuat ia terbangun. Lalu ia membuka matanya dan betapa terkejutnya ketika ia melihat mobil yang dikendarainya telah masuk jalur kanan sehingga hampir menabrak truk besar yang datang dari arah yang berlawanan. Dan dengan refleks dia membanting stir mobil ke kiri sambil memperlambam laju mobilnya. Ia mengatakan : “Saya begitu beruntung dapat segera terbangun dari tidur sambil membawa mobil. Walau begitu kerasnya klakson truk, namun justru klakson truk itu yang membuat saya selamat. Terlambat beberapa detik lagi, saya pasti mengalami kecelakaan hebat.”

Di sisi yang lain, saya pernah melihat seorang teman yang gagal dalam rumahtangganya. Ia bercerita bahwa kegagalan itu terjadi karena ia menyia-nyiakan cinta istrinya. Sampai ia mempunyai satu ungkapan yang tidak pernah lupakan. Ia mengatakan, “ Jika kita menyia-nyiakan waktu satu hari,maka penyesalan yang datang pada kita bisa datang berbulan-bulan. Bahkan penyesalan itu bisa seumur hidup.” Dari pembicaraan itu, teman saya rasanya ingin menciptakan suatu mesin waktu agar ia bisa kembali ke waktu yang lalu agar ia dapat menyelamatkan perkawinannya itu.

Waktu, adalah sesuatu yang ajaib dan unik. Keajaiban atau keunikan itu dapat kita renungkan. Coba kita berkaca dan merenung sejenak. Mungkin kita dapat melihat kaca itu sambil mengingat betapa cepatnya waktu berlalu. Sekarang wajah kita sudah bertambah kerutan di ujung mata, beberapa rambut putih di kepala, dibanding beberapa waktu lalu. Atau kita masih ingat betapa lambatnya waktu berjalan ketika kita harus menunggu seseorang...

Waktu begitu ajaib dan unik karena kita tidak bisa terlepas dari padanya. Jika kita terlepas darinya, berarti kita sudah berakhir hidup di dunia Waktu bukan kita yang ciptakan. Ia adalah anugerah Tuhan bagi kita. Bahkan kita sendiri ketika akan mendefenisikan waktu terkadang bingung. Karena banyak orang berpikir tentang waktu langsung pikirannya terkait dengan alat penunjuk waktu yaitu jam. Padahal waktu bukanlah itu. Waktu lebih merupakan dimensi yang didalamnya kita hidup dan bergerak. Hidup manusia adalah hidup yang berada di dalam dimensi itu. Namun, banyak orang menganggap waktu itu sudah pasti milik dia. Sehingga ia berprilaku sesuka hatinya dalam menggunakan waktu. Salah satu perilaku sesuka hati itu bisa terlihat dari seringnya menunda suatu pekerjaan karena menganggap masih ada waktu bagi dirinya untuk mengerjakan pekerjaan itu esok harinya. Dan ternyata, penundaan itu justru mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi sebagian orang. Sehingga orang tersebut larut di dalam penundaan itu.

Untuk itu, kita sangat perlu menyadari bahwa waktu itu bukan milik kita. Justru dapat dikatakan bahwa waktu itu yang memiliki kita. Jika ia tidak mau lagi kita berada di dalamnya, maka seakan ia dapat melemparkan diri kita keluar dari dalamnya. Dan itulah akhir dari segalanya. Jadi bukan kita yang mengatur waktu, tapi waktu jualah yang menentukan kehidupan kita. Kita hanya dapat mengatur kehidupan kita, menatanya dalam kerangka waktu. Sebab itu jangan pernah bermain lagi dengan waktu. Kita tidak dapat membeli waktu, waktu demikian berharganya sehingga ada pepatah yang mengatakan Time is money. Bagi yang masih bermain-main dengan waktu, inilah waktunya untuk berubah.....

Nb: tulisan ini sekaligus memotivasi penulis juga.....

Thanks my dear

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun