Mohon tunggu...
POP PASSWORD
POP PASSWORD Mohon Tunggu... Penulis - •_•

a pluviophile

Selanjutnya

Tutup

Music

Album Review Ardhito Pramono "Semar dan Pasukan Monyet": Let's Begin A Ride To A Jungle! A Brave Move

25 Juni 2021   14:45 Diperbarui: 25 Juni 2021   15:06 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari ketujuh lagu di album ini, Orang Utan adalah lagu pertama yang saya dengar, terpisah dari keenam lagu lainnya. Saat itu saya berpikir bahwa lagu ini didedikasikan untuk konservasi orang utan atau untuk kepentingan promosi proyek lingkungan hidup. Lalu akhirnya saya mendengar keseluruhan albumnya. Well, i have to say, i'm amazed. Saya tidak pernah meragukan musikalitas Ardhito, but this one is different. Satu album yang diisi lagu-lagu yang diniatkan untuk menjadi lagu anak-anak namun dibalut dengan musik jazz bernuansa bigband yang festive, tetap ringan, bahkan gembira. Semar dan Pasukan Monyet adalah soundtrack, Semar dan Pasukan Monyet adalah art work yang berwarna-warni.

Kegembiraan dalam Semar dan Pasukan Monyet sangat addictive dan infectious, imajinasi di dalamnya bukan hanya untuk bercerita namun juga mewah.

Semar dan Pasukan Monyet dibuka dengan Something New yang bernuansa mellow, seperti tanda masuk untuk perjalanan fantasi Anda. Something New adalah kapal dimana Anda berdiri di haluannya yang membawa Anda ke pulau Semar dan Pasukan Monyet membelah laut berair biru layaknya di film Moana, tutup mata Anda dan biarkan kipasan angin meniup rambut Anda dengan suara biola, gitar dan siulan. Something New disambung dengan Tiger Song (Do The Wiggle), adalah welcome song Anda ke pulau ini, membangun mood, full swing dan mengajak Anda memperhatikan sang harimau yang sedang tidur ditemani monyet dan anak anjing di pinggir sungai di dalam hutan di tengah pulau. Berjoget sedikitlah, nyanyikan la la la la la la la dan ikuti langkah Ardhito ke lagu berikutnya. Orang Utan, lagu yang, menurut saya hampir mencuri lima puluh persen spotlight dari album ini bernuansa ragtime dengan ditambah suara hewan sebagai spoken menambah kesan ringan dan jenaka.

Apa lagi yang akan bisa Anda lakukan di tengah pulau? Belajar menghitung terdengar terlalu kekanakan untuk Anda? Anda harus coba mendengar 1,2,3,4,5, (That's How It Goes). Ardhito mengaku lagu ini sangat personal dan tidak sekedar lagu untuk mengurutkan angka. Secara lirik, 1,2,3,4,5, (That's How It Goes) terdengar sangat realistis dan multi makna. Lagu kelima di Semar dan Pasukan Monyet adalah Banana, dengan pelajaran simpel : makanlah pisang lebih banyak, tanpa terdengar sedang menjual produk berbahan dasar pisang. Lagu simpel yang ntah bagaimana menjadi sangat mewah dan menjadikan kita sadar bahwa keseluruhan album ini layak dinyanyikan di pentas Broadway.

Lagu berikutnya berjudul Friends Till The End adalah dedikasi romantis untuk sahabat semasa kecil yang masih bertahan hingga kini. Diisi lirik yang mungkin tidak terlalu kekanakan tapi menjadi sangat relatable dan real, yang akhirnya membawa kita ke track terakhir berjudul Life Could Be Amazing, satu lagi lagu di Semar dan Pasukan Monyet membawa mood Broadway, disebut Ardhito sebagai lullaby sebelum tidur seorang Ibu kepada anaknya. "Don't you worry, my baby. Tomorrow will be sunny. Yes, life could be amazing. For us"

Album mewah dan sangat berani. Keberanian yang sama seperti keberanian Elfa Secioria memproduseri album debut Sherina bertitel Andai Aku Besar Nanti, sebuah album yang "dianggap terlalu mewah untuk sebuah album anak-anak tapi justru menunjukkan bahwa anak-anak lebih layak mendapat lagu-lagu yang harusnya digarap lebih serius dari pada album biasa", Ardhito menunjukkan keseriusan itu. Apakah album jazz cocok untuk dikonsumsi anak-anak? Secara intelektual, tentu saja, yes with the capital YES. Secara komersil? Bahkan saya merasa tidak pantas mempertanyakan apakah sebuah album akan laku atau tidak di saat album itu didedikasikan untuk anak-anak agar mereka mendapatkan apa yang layak mereka dapatkan, dan di saat yang sama menjadi sebuah sindiran tajam bahwa di negeri ini, di saat ini, kita lebih butuh hiburan yang age appropriate, anggap lah ini menjadi kado kejutan tidak hanya untuk anak-anak, tapi juga untuk semua orang pecinta karya seni berkualitas.

Terima kasih, Ardhito.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Music Selengkapnya
Lihat Music Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun