Mohon tunggu...
Popi Irawan
Popi Irawan Mohon Tunggu... Dosen - My Only Kompasiana Account

Warga biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Menimbang "Jurrasic Park" ala TN Komodo

6 Oktober 2021   12:22 Diperbarui: 6 Oktober 2021   12:24 215
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Akankah riwayat komodo, sepsies purba yang hanya hidup di TN Komodo, berakhir atas nama pembangunan pariwisata?  

Akhir-akhir ini beberapa laman berita internasional memuat kabar tentang ditetapkannya komodo, hewan endemik yang hanya hidup di Taman Nasional Komodo, Nusa Tenggara Timur (NTT), sebagai hewan yang terancam punah. 

Statusnya bukan lagi vulnerable, namun sudah mencapai level endangered. International Union of Conservation of Nature (IUCN) memasukkan komodo ke dalam daftar merah atau  Red List dengan klasifikasi terancam punah (endangered). 

Belum lagi UNESCO yang memperingatkan Indonesia akan bahaya pembangunan turisme terhadap hewan purba ini.

Di lain pihak, Pemerintah melalui beberapa kementerian dan Pemda NTT gencar merencanakan pembangunan infrastruktur besar-besaran di Pulau Rinca, pulau yang bersebrangan dengan Pulau Komodo sebagai habitat asli hewan purba yang eksotis  ini.

 Julukan proyek ini, jika nanti diresmikan, adalah "Jurrasic Park". Sekilas saja nampak kontradiksi antara pelestarian hewan purba endemik dengan pariwisata massal. Memang, secara resmi pemerintah berencana menetapkan membership sebesar $ 1.000 AS (sekitar Rp 14,2 juta) untuk masuk habitat komodo.    

Entah apa yang ada di benak pemerintah dengan membangun infrastruktur pariwisata di Pulau Rinca. Infrastruktur seperti itu jelas ditujukan bagi segmen wisatawan massal, bukan wisatawan minat khusus (special interest tourist). 

Pembangunan infrastruktur pariwisata massal di dekat sebuah kawasan taman nasional memang tak lazim dilakukan di negara mana pun. Jika pun ada Pusat Pengunjung (visitor center), tidak dibangun dengan megah. 

Perspektif yang harus dipakai oleh para pemangku kepentingan (stakeholder) adalah pelestarian komodo dan habitatnya di atas kepentingan lainnya, termasuk kepentingan ekonomi melalui turisme. 

Bahwa memang ada potensi ekonomi besar melalui pariwisata, dengan komodo sebagai atraksi (daya tarik) utama, tidak mengguggurkan kewajiban para pemangku kepentingan untuk melindungi dan melestarikan lingkungan habitat komodo, yang menurut para ahli sudah hidup jutaan tahun. 

Lalu apakah pariwisata tidak boleh di kembangkan di sana? Tentu saja boleh. Tapi pariwisata macam apa?    

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun