Format pengembangan pariwisata kawasan taman nasional memang bukan jenis wisata massal. Di satu sisi, memang, wisata massal menjanjikan return ekonomi yang besar.Â
Namun, ini disertai dengan risiko rusaknya ekosistem alam, kohesi sosial, bahkan terpengaruhnya budaya. Kerugian immateril yang ditimbulkan dari mass tourism di sebuah kawasan lindung tak sebanding dengan manfaat ekonominya. Kawasan lindung benar-benar hanya bisa dikembangkan dengan format wisata yang ketat, dengan regulasi, aturan, dan prinsip-prinsip yang harus dipatuhi semua pemangku kepentingan, termasuk wisatawan. Â
Dengan melihat perkembangan terkini rencana pengembangan "Jurrasic Park" di kawasan TN Komodo, maka sudah selayaknya proyek itu dikaji ulang.Â
Selama ini, Pemerintah kerap menggandeng perguruan tinggi dalam perencanaan suatu proyek pembangunan. Sudah saatnya pemerintah mendengar dan mengaplikasikan hasil-hasil riset demi tercapainya pelestarian lingkungan.Â
Opsi pengembangan wisata tidak untuk semua kawasan.Â
Masing-masing tempat dan daerah memiliki kekhasan, keunikan, serta permasalahan sendiri. Apa yang sukses dikembangkan di sebuah objek wisata, belum tentu berhasil sama di tempat lain. Ini tidak sama dengan copy lalu paste, seperti yang biasa kita lakukan dalam mengetik.Â
Faktorfaktor seperti sosial, budaya, demografi, politik, dan pendidikan--untuk menyebut beberapa saja--turut menentukan apakah pariwisata cocok untuk tempat dan waktu tertentu. Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H