Mohon tunggu...
Pontjo Utomo
Pontjo Utomo Mohon Tunggu... -

Lahir dan besar di Jakarta. Suka travelling dan olah raga....Khalash!

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Insinyur Lulusan Indonesia dan Era Pasar Bebas

10 Maret 2014   21:01 Diperbarui: 24 Juni 2015   01:05 185
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Bismillah...Segala puji bagi Allah SWT dan shalawat serta salaam smg tercurah kpd Nabi Muhammad SAW..

Dlm tulisan ini saya hendak share sedikit unek2 saya kpd para pemegang kebijakan di Republik Indonesia tercinta dan jg para Insinyur Indonesia pd khususnya.

Alhamdulillah...sy bangga menjadi salah satu Insinyur yg diluluskan dari salah satu perguruan tinggi negeri di Indonesia di Jawa Timur. Terlebih lagi Jurusan di mana saya pernah menimba ilmu Engineering tsb telah di-akreditasi oleh BAN-PT dan mendpatkan Nilai -A- (grade terbaik).
Beberapa tahun yg lampau, ketika sy berkeinginan untuk bekerja sebagai Insinyur di Australia, pihak pemerintah Australia mensyaratkan saya untuk membuat rangkuman dokumen yg disebut "Competency Demonstration Report" (CDR), yg berisi episode karir kerja dan latar belakang pendidikan Engineering yg saya dpt. Dokumen2 ini harus diajukan ke Asosiasi Insinyur Australia (Engineers Australia) untuk di-assess, kalau di Indonesia namanya Persatuan Insinyur Indonesia (PII). Maksudnya yaitu guna mempertimbangkan apakah latar belakang ilmu engineering yg saya pelajari dan pengalaman kerja sbg Engineer itu bisa disetarakan dan dpt diaplikasikan di sistem industri Engineering yg ada di Australia. Kenapa latar belakang pendidikan Engineering dan pengalaman kerja sbg Engineer saya diragukan kesetaraannya di Australia? Berikut cerita kelanjutannya....

Oleh Engineers Australia (EA) saya diberikan buku panduan ttg bagaimana cara mengajukan documents utk kepentingan penilaian (assessment) ini. Dari booklet yg diberikan oleh EA itu baru saya tahu, ternyata ada beberapa negara yg menandatangani kesepakatan (accord) yg bersetuju bahwa lulusan Engineer dari negara-negara tersebut adalah setara dan dibolehkan berpraktek di negara2 anggota accord tersebut (mutual recognition). Salah satu accord yg ada yaitu The Washington Accord, di mana PII Indonesia atau BAN-PT Indonesia tdk menjadi salah satu penanda tangan pakta kesepakatan ini. Mangkanya, lulusan dari Indonesia tdk dinilai setara utk praktek di Australia (untuk kasus saya) dan negara2 anggota pakta Washington Accord ini. Oleh karena itu, saya disuruh utk membeberkan pengalaman dan persentuhan saya dgn dunia Engineering, sekiranya dianggap memadai, maka baru diberi surat persetujuan. Alhamdulillah..saya bisa lulus saat itu, namun bukan sedikit pula yg gagal memperoleh positive assessment result. Washington Accord ini ditandatangani di thn 1989, yg merupakan perjanjian internasional dari lembaga2/asosiasi di negara masing2 yg bertanggungjawab utk mengakreditasi program pendidikan keteknikan (Engineering). Dlm perjanjian ini para penandatangan persetujuan dari masing2 negara sepakat utk mengakui kesetaraan dari masing2 program pendidikan Engineering yg dikerjakan di negara masing2 dan merekomendasikan bhw lulusan dari pendidikan Engineering tsb diakui di seluruh negara anggota accord ini dan telah memenuhi syarat utk berpraktek di negara2 manapun yg menandatangani perjanjian tsb (Washington Accord). Negara2 member Washington Accord ini diwakili oleh lembaga2 akreditasi/asosiasi Engineer di negara masing2. Para anggota itu adalah
• Australia - Represented by Engineers Australia (1989)
• Canada - Represented by Engineers Canada (1989)
• Chinese Taipei - Represented by Institute of Engineering Education Taiwan (2007)
• Hong Kong China - Represented by The Hong Kong Institution of Engineers (1995)
• Ireland - Represented by Engineers Ireland (1989)
• Japan - Represented by Japan Accreditation Board for Engineering Education (2005)
• Korea - Represented by Accreditation Board for Engineering Education of Korea (2007)
• Malaysia - Represented by Board of Engineers Malaysia (2009)
• New Zealand - Represented by Institution of Professional Engineers NZ (1989)
• Russia - Represented by Association for Engineering Education of Russia (2012)
• Singapore - Represented by Institution of Engineers Singapore (2006)
• South Africa - Represented by Engineering Council of South Africa (1999)
• Turkey - Represented by MUDEK (2011)
• United Kingdom - Represented by Engineering Council UK (1989)
• United States - Represented by Accreditation Board for Engineering and Technology (1989)
Di sini kita baru menyadari nilai pendidikan Insinyur kita di Indonesia dibandingkan dgn Insinyur yg lulus dari perguruan tinggi di negara2 anggota Washington Accord itu. Secara tidak langsung, pihak luar negeri menganggap lulusan Insinyur dari Indonesia tdk setara dgn Insinyur2 lulusan dari negara2 anggota Washington Accord (WA). Di Australia, walaupun kita lulusan dari PT di Indonesia, pihak EA masih memberikan kesempatan kpd kita untuk bisa praktek di Australia sbg Professional Engineer (PE). Jalurnya ya..itu melalui pengajuan Competency Demonstration Report (CDR). Jadi Australia tdk menutup rapat bagi lulusan Insinyur Indonesia utk berpraktek di sana. Mereka masih punya keyakinan bahwa tdk semua Perguruan Tinggi teknik di Indonesia memiliki lulusan yg tdk siap pakai di industri Engineering di Australia. Hal yg sama jg diterapkan oleh Institution of Civil Engineeers (ICE) di UK. Bilamana kita adalah Insinyur lulusan dari negara2 yg bukan member WA, maka pihak ICE masih membuka kesempatan dgn melalui jalan yg Non-Standard. Kalau di Singapura, yg saya dengar dan baca dari berita kawan2 yg sedang dan pernah bekerja di sana, pihak Singapura tdk memberikan kesempatan bagi lulusan luar Singapura yg bukan member dari WA utk mengajukan assessment ke PE Board, terdapat syarat yg berat di Singapura utk dpt PE tsb.
Terkadang...kita tdk saja harus mengandalkan lowongan pekerjaan di dalam negeri Indonesia. Namun ketika Insinyur Indonesia hendak bekerja di luar, katakan ke Australia, maka dgn syarat2 yg njlimet harus ini dan itu krn dianggap tdk setara dgn mereka, maka ini akan menimbulkan kekecewaan. Belum lagi dlm mengahadapi pasar bebas, di mana Engineer asing bisa ke Indonesia sesukanya....wah..bisa tambah terpinggirkan Insinyur kita...
Saya tahu dan sadar betul...bahwa bila kita hendak menyetarakan pendidikan Engineering kita dgn para member di WA, maka mungkin byk hal yg mesti dirombak dan dikorbankan di negara Indonesia dan ini memerlukan proses yg panjang dan melelahkan...
Yg diperlukan saat ini satu "baby step" yg akan mengawali kpd langkah2 besar di masa yg akan datang...
Demikian...BRAVO INSINYUR INDONESIA!
Doa kifarah majlis...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun