Semiotika Charles William Morris identik dengan sebutan 'Semiotik' atau 'Miotik',  Charles  Morris mengatakan  semiotik  sebagai  suatu  proses  tanda.  Semiotik  merupakan  ilmu  yang  mempelajari  tentang  sederet  tentang  objek, dan  peristiwa  sebagai  suatu  tanda. Semiotik merupakan  cabang  ilmu  yang  dianggap  masih  baru,  dalam  penggunaan  tanda segala  sesuatunya  itu  selalu  berhubungan  dengan  objek  yang  ditujukan  dan  dipelajari  secara sistematis.  Pada  hakikatnya, tanda mengisyaratkan suatu  makna  yang  dimana nantinya akan dipahami oleh  manusia  yang menggunakannya. Mungkin disini saya dapat samakan bahwa objek yang dimaksudkan William sama dengan materi, tetapi materi yang berupa tanda.
Saya ambil contoh lebih jauh, misalnya kita kembali pada masa komunal primitif, pada masa itu manusia belum mengenal makna tanda secara mendalam, tetapi dalam kehidupan mereka sehari-hari, mereka selalu membaca tanda-tanda alam serta tanda-tanda dari kelompoknya. Misalnya manusia masa primitif ingin memulai menanam jaggung, gandum dls, mereka tentunya harus terlebih dahulu memahami tanda yang non-bahasa, tetapi mereka tahu apa yang mereka harus lakukan dan itu berhasil, tetapi manusia zaman itu memerlukan proses yang cukup lama untuk dapat memahami suatu objek atau tanda dalam kehidupan mereka. Hasil proses itulah yang kita nikmati saat ini.
Menurut hemat saya manusia itu dididik oleh alam secara tersirat, karena alam tidak melakukan pembicaraan, jika terjadi sesuatu maka terjadilah, manusia tidak dapat menolak atau menahan itu. Kembali kita berbicara soal objek, manusia tidak terlepas dari objek karena ada objek ada sesuatu yang harus dipikirkan atau dibicarakan secara berkelompok. Contoh misalnya masa komunal primitif, turun hujan tentunya mereka membicarakan soal hujan ini, lalu mereka memikirkan cara apa yang harus mereka lakukan agar tidak basah kuyub diguyur hujan. Dari hasil pembicaraan itu muncullah ide pemikiran untuk membuat suatu bangunan yang dapat melindungi mereka dari derasnya hujan atau panasnya matahari. Itu semua mereka pelajari dari objek yang non-bahasa tetapi dapat diterima secara logis oleh manusia masa itu.Â
Saya juga ada contoh lain, saya ambil dari suku pedalaman Kalimantan disaat berburu atau ingin berpindah kesuatu tempat yang baru, mereka akan melakukan bunyi-bunyian sebagai suatu isyarat pada kelompok yang lain, bahwa mereka menempati daerah tersebut. Dan itu dilakukan secara turun temurun dan tentunya isyarat itu dipahami oleh satu kelompok pada wilayah yang sama. Karena isyarat itu tidak mungkin dipahami oleh suku lain.
Oleh karena itu, bisa kita katakan dalam penafsiran suatu tanda pada setiap manusia itu berbeda-beda. Charles  William  Morris  ini  berupaya mengembangkan  teori  mengenai  semiotik ini.  Charles  Morris  juga  mengatakan  bahwa  suatu  bahasa  adalah  sebuah  sistem  sign dan dibedakan  dengan  signal  dan  simbol.  Namun,  semiotik  ini  tidak  hanya  berhubungan  dengan isyarat-isyarat bahasa melainkan juga berhubungan dengan isyarat non-bahasa dalam komunikasi antara manusia. Charles  Morris  juga  membedakan  dan menjelaskan  3  macam  semiotik  secara kompleks tentang sintaksis, semantik, dan pragmatik.Â
Pragmatik  menjelaskan  tentang  asal-usul  dan  dampak  dari  tanda-tanda  dalam  penggunanya  dan  memiliki  cakupan  terluas dari  studi  semiotika.  Semantik  menjelaskan  tentang  hubungan-hubungan  tanda  dengan  objek  yang  ditandai  dan  semantik  juga begitu  berkaitan  dengan  makna  dari  tanda  itu  sendiri.  Sintaksis  menjelaskan  tentang  hubungan  formal  antara  tanda  itu sendiri dengan aturan logis dan gramatikal  yang mengatur penggunaan  dari tanda itu sendiri.
Pengembangan teori perilaku tanda oleh Morris atau semiotika sebagian disebabkan oleh keinginannya untuk menyatukan positivisme logis dengan empirisme perilaku dan pragmatisme. Penggabungan ketiga perspektif filosofis ini menghasilkan klaimnya bahwa simbol memiliki tiga jenis hubungan: ke objek, untuk orang, dan ke simbol lainnya. Dia kemudian menyebut hubungan-hubungan ini sebagai "semantik", "pragmatik", dan "sintaksis". Melihat semiotika sebagai cara untuk menjembatani pandangan-pandangan filosofis, Morris mendasarkan teori tandanya pada behaviorisme sosial Mead.Â
Kenyataannya, interpretasi Morris terhadap interpretan, sebuah istilah yang digunakan dalam semiotika Charles Sanders Peirce , telah dipahami sebagai sesuatu yang benar-benar psikologis. Sistem tanda Morris menekankan peran stimulus dan respons dalam fase orientasi, manipulasi, dan penyempurnaan tindakan. Teori semiotikanya yang matang ditelusuri dalam Signs, Language, and Behavior (1946). Semiotika Morris berkaitan dengan menjelaskan hubungan tiga arah antara sintaksis, semantik, dan pragmatik dengan cara diadis, yang sangat berbeda dari semiotika Peirce. Hal ini menyebabkan beberapa orang berpendapat bahwa Morris salah menafsirkan Peirce dengan mengubah interpretan menjadi sesuatu yang ada secara logis.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H