Mohon tunggu...
Ponisah permata sari
Ponisah permata sari Mohon Tunggu... Mahasiswa - Zu

Andam Karam

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi: A

24 Juni 2022   05:05 Diperbarui: 24 Juni 2022   05:06 1128
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kata nyawa mulai kehilangan huruf a-nya. Mulai tak berharga dibandingkan singgasana dan juga harta.
Bukan lagi tentang tangisan semesta berhambur air mata, ini tentang tonggak yang tak pernah terasa nyata.
Bagaimana lagi akan mengumandangkan pembelaannya? Dengan retorika kata tanpa fakta?
Saat sumpah di atas benda dipenuhi doa saja tak lagi dihiraukan, apalagi hanya pasal yang berasal dari goresan tinta.
Cukup sudah, kami bukan lagi balita yang mengutarakan hati dengan transisi kata yang terbata-bata. Bukan bocah yang akan diam hanya dengan sebatang gulali, bukan pula orang dewasa yang iba pada tangis 'air mata buaya'.
Kami tahu, ada isakan sandiwara untuk menutupi busuknya gelora tawa.
Bagaimana? Benarkan, Tuan yang paling Bijaksana?

_10062022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun