Mohon tunggu...
Elmania Sastra
Elmania Sastra Mohon Tunggu... Lainnya - pegiat literasi lingkungan lembaga pendidikan tingkat SMP, MTs, MA dan SMK

pegiat literasi lingkungan lembaga pendidikan tingkat SMP, MTs, MA dan SMK. Semua tulisan ini merupakan hasil karya peserta didik.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Angara

30 November 2024   08:19 Diperbarui: 30 November 2024   08:19 31
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Greace Evellien gadis cantik bermata bulat indah serta bibir tipis manis apabila tersenyum. Sayangnya dibalik senyum manisnya itu tersimpan banyak luka dimana dia harus menyembunyikan penyakitnya dari semua orang dan merelakan kekasihnya bahagia dengan sahabatnya sendiri. Surat keterangan dari dokter tadi pagi berhasil membuatnya hancur.
Bahunya bergetar hebat dengan wajah yang ia tutupi dengan kedua tangannya. Air mata terus mengalir deras tak bisa ia bendung. Kini ia tengah meratapi nasibnya seorang diri. Kamarnya telah hancur lebur sebagai pelampiasannya.
“Ma, Mama kemana? Ece butuh mama.” Racaunya tak jelas.
Dua tahun silam setelah Ayahnya meninggal, Mamanya memutuskan untuk melanjutkan bisnis Ayahnya di salah satu perusahaan yang ada di luar negeri. Semenjak itu ia tak pernah melihat bahkan mendapatkan kabar dari Mamanya. Kehidupannya memang tercukupi namun dibalik itu ia sangat membutuhkan sosok Mama yang bisa menenangkannya saat ia rapuh seperti sekarang bukan malah menghilang.
“Ayah haruskah Ece berjuang di medan berbahaya ini sendiri? atau menyerah untuk menyusul ayah, Ece takut yaahh.” Teriaknya lagi di dalam kamar.

***
Angin pagi yang sejuk diiringi dengan embun yang turun menjadi saksi betapa malang nasibnya seorang gadis cantik yang kini sedang duduk di tepi kasurnya sembari memegangi rambutnya yang rontok.
“Apa kalian belum puas liat gue hancur?” Ujarnya sembari menatap pantulan dirinya di cermin.
“Non, Non Ece.” Suara dari luar pintu berhasil memecahkan lamunannya.
“Iya Bik.”  Sahut Evellien sembari berjalan membuka pintu.
 “Non ayo turun, sarapannya udah siap.” Ujar bik Jum.
“Iya Bik, Bibik duluan aja 5 menit lagi Ece nyusul.” Jawabnya sembari tersenyum.
Setelah mengatakan itu ia pun masuk kembali ke dalam kamar untuk merapikan pakaian dan menyiapkan buku sekolahnya. Setelah semuanya sudah beres barulah ia berjalan menuruni anak tangga untuk sarapan.
Usai sarapan ia langsung melaju menuju sekolah dengan mobil sport hitam kesayangannya. Tanpa membutuhkan waktu lama ia sudah sampai di sekolah dengan selamat dan langsung memutuskan untuk menuju kelas untuk beristirahat. karena sudah merasakan sakit yang luar biasa pada kepala bagian belakangnya.
Saat tengah berjalan melewati lorong yang sepi untuk menuju kelas tangannya tiba-tiba saja dicekal oleh seseorang dan menariknya.
“kak Langit, kenapa tarik-tarik aku?” Racau Evellien dan berusaha melepaskan genggaman Langit padanya.
Langkah keduanya berhenti tepat di taman belakang yang cukup sepi, karena memang ini masih menujukan pukul 06.05 jadi masih banyak siswa-siswi yang belum memasuki sekolah.
“Kak Langit ke-.”
“Lo bisa gak sih gak gangguin Ayra terus dia itu sakit, Evellien!” Pekik Langit sembari menghempas melepaskan genggamannya pada tangan Evellien dengan kasar.
 “Ganggu? Aku gangguin dia apa kak?” Tanya Ece dengan raut wajah bingungnya. Bagaimana ia tak bingung sedangkan dari kemarin ia berada dirumah sakit dan baru pulang malam harinya bagaimana bisa ia mengganggu Ayra.
“Gak usah sok polos lo gadis licik, gara-gara lo Ayra jadi gak mau cuci darah. Tau gak lo, puas kan lo buat dia putus asa padahal itu satu satunya cara biar dia bisa bertahan hidup sampai dapat pendonor ginjal! kalau pun Ayra mati gue gak bakal mau balik sama lo lagi, jadi jangan murahan dengan menghalalkan berbagai macam cara buat kita balik sekalipun gue liat lo mati mungkin itu lebih baik dari pada Ayra yang mati!!!” Ujar langit tanpa rasa bersalah sedikit pun.PLAKK..
Tamparan keras itu mendarat tepat di pipi kanan langit hingga ujung bibirnya mengeluarkan darah.
“Aku gak licik, sekalipun aku pengen kakak balik lagi ke aku, aku gak bakalan sekejam itu. mana-mana Langit yang dulu selalu ngelindungin aku, dan gak mau nyakitin aku, bahkan bikin aku nangis aja dia gak mau, mana kak Langit yang sekarang aku kenal? Sekarang hanyalah lelaki brengsek yang suka menuduh seseorang tanpa menyelidikinya terlebih dahulu, dan parahny lagi bibir yang dulu selalu berkata manis dan membuatku tersenyum, ternyata kini memberikan bekas luka paling dalam di kisahku.” Setelah mengatakan itu Ece pun pergi dan meninggalkan Langit sendiri dengan segala kebodohannya.
“Lo bodoh Langit, lo yang gak mau liat dia terluka dan sekarang lo sendiri yang ngasih luka paling dalam buat dia.” Ucap Langit sembari menjambak rambutnya penuh frustasi.
Di perjalanan menuju kelas tubuh Ece tiba tiba saja ditarik lagi oleh seseorang menuju lorong sepi yang memang jarang di lewati murid, dan dengan tiba tibanya ia di tarik masuk kedalam dekapan hangat seseorang.
“Nangis aja gue tau lo capek.” Ujarnya sembari mengusap surai panjang Ece.
Ece tau betul siapa lelaki yang sedang ia dekap sekarang namanya adalah Anando KadZano, lelaki yang mencintai Ece dalam diam tanpa Ece ketaui sedikit pun. Saat sedang menangis tiba-tiba saja Ece kehilangan kesadarannya. Sesudah Ece pingsan di sekolahan Zano tak membawanya ke UKS melainkan langsung ke rumah sakit, dan kini Ece tengah di rawat di ruangan ICU.

***
“Ma, Ece sakit.” Ujarnya dari sambungan telfon.
“ Sakit apa jangan lebay kamu sakit sedikit langsug laporan.” Ujar mama yang berhasil membuat Ece hancur.
“Iya ma, Ece memang lebay sakitnya gak seberapa kok ma maaf ya ma ganggu waktunya.”Ucap Ece kemudian sambungan itu terputus sepihak tanpa menjawab perkataan Ece.
“Zano!” Panggil Ece sembari menggenggam tangan Zano.
“Hmm.” Ia hanya bergumam sebagai jawabnya.
“Ikhlasin Ece biarin Ece pergi dengan tenang Ece udah cape!”
Sakit sangat sakit dimana ia harus membiarkan cintanya pergi dan tak akan pernah kembali. Namun, ia juga tak mau Ece terus-terusan menderita jadi dengan berat hati Zano mengaguk sebagai jawaban.
Ece yang melihat itu pun tersenyum dan memberikan lembaran kertas kepada Zano untuk ia tanda tangani.
“Harus ya Ce?” Tanyanya dengan suara gemetar.
“Iya harus, maaf ya!” Jawab Ece sembari menghapus air mata Zano yang jatuh.
Dengan berat hati Zano pun menandatangani surat tersebut, setelah di tandatangani Zano memberikannya pada perawat yang ada di samping mereka.
“Ce bentar ya!” Dengan tiba-tiba menarik Ece kedalam dekapannya. Seketika itu juga tangis Zano pecah memenuhi rungan.

***
Pintu ruang operasi terbuka, dokter dan beberapa perawat pun keluar bersamaan dengan brankar Ece yang kini hanya tersisa jasadnya saja.
“Harus ya Ce lo buat gue sesakit ini?” Gumam Zano sembari menggenggam tangan Ece.
“Mas ini ada tiga surat udah ada namanya semua, tadi mbaknya nitip ke saya sebelum di operasi.” Ujar dokter sembari memberikan 3 kertas yang sudah di lipat dengan rapi.
“Makasih dok.” Zano menerima surat tersebut.
“Oh ya mas kata mbaknya bacanya nunggu udah 7 hari.” Sambung sang dokter.
Jenazah Ece pun langsung dibawa pulang untuk dimandikan, mama Ece tiba saat Ece tengah dikafani, di situlah tangisnya pecah penyesalan pun baru menyelimuti hatinya ketika anak sematang wayang sudah tak menghembuskan nafas lagi.
“Halo zan gue seneng banget tau hari ini.” Ucap langit bersemangat.
“Kenapa?” Tanya Zano dengan suara khas habis menangis.
“Ayra dapat pendonor jantung tapi identitasnya di rahasiain padahal gue mau ngucapin makasih banyak banget.” ujar Langit dari balik sambungan telfon.
“ Lo yakin sama ucapan lo barusan?” Tanya Zano.
Seusai dengan pembicaraan di telfon Langit dan Zano kini sudah berada di depan makam yang masih basah.
“Ini surat terakhir dari dia buat lo.” Zano memberikan secarik kertas pada Langit. Dengan tangan yang gemetar Langit pun memberanikan diri membuka surat itu.
“kamu adalah tokoh utama dalam kisahku,sekaligus tokoh antagonis di akhir kisah ku
Namun aku tetap mencintaimu,”
Setelah membaca surat terakhir itu Langit terjatuh dan menangis sejadi-jadinya di hadapan makam wanita yang ia cintai namun juga ia sakiti.
“Penyesalan lo udah gak ada gunanya.” Ujar Zano sebelum meninggalkan Langit dengan seluruh penyesalannya.
_-_
Zano
Makasih sudah hadir dalam kisah ku...
Kamu memang kan tokoh utama di cerita ini..
Namun kamu lah obat yang sudah ku minum dengan dosis tinggi..
Kamu adala kebahagiaan sesungguhnya..
Terima kasih karnabu telah mencintaiku dengan tulus..
Untuksahabatku..
_-_
Malaikatku....
Ma.. makasih udah ngelahirin Ece ke dunia...
Dan mengajarkan Ece banyak hal...
Ece gak nyesel jadi anak mama...
Sampai kapan pun mama tetap yang terbaik..
Tolong iklas kan Ece ya ma....
Ece sudah memaafkan semua perlakuan mama ke Ece....
love you mama..
Ecesygmama-
_-_
Dia sudah pergi dan tak kan kembali..
Meninggal kan ku sendirian disini...
Dia yang mengajarkan ku mencintai....
Tanpa dicintai...
Tapi dia lupa mengajarkan ku..
Caranya melupakan orang yang sudah menjadi
Ratu di hatiku...
KadZano...

Cerpen ini merupakan karya Isti Qomariah siswi kelas 11 IPS MA Al Iman Terpadu.ia juga memiliki nama pena yaitu Kuepai

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun