[caption id="" align="aligncenter" width="624" caption="Ilustrasi/Admin (KOMPAS.com)"][/caption] "Prang...prang.... Bapak itu maunya apa seh! Sudah deh, jangan bikinyang muda tambah stres setiap hari dengan ulah-ulah cengeng seperti ini.Kami juga mengurus anak, kami juga kerja seperti bapak dahulu saat masihmuda. Jangan menyiksa kami seperti ini sehingga semua urusan kami jadiberantakan." Itulah salah satu cuplikan ungkapan rasa sebal kemarahan anak padaorangtua yang ketika datang masa tua bukan malah enak dirawat tapi justrusebaliknya. Membuat anak berang dan enggan merawatnya. Stop memarahi orangtua dan ayo kita tumbuhkan kembali rasa cinta kita pada orangtua. Orang yang telah melahirkan kita, membesarkan, menyekolahkan, hingga mengatarkan kita pada kesuksesan yang kita gapaidan nikmati hingga kini. Syukur pada Allah, dalam kesempatan kali ini saya kembali dapatberbagi pengalaman tentang lansia dan seluk-beluk masalah yang ada didalamnya. Yakni tentang bagaimana mengatasi saat lansia depresi sehinggahidupnya penuh dengan rasa takut sebagaimana dikeluhkan Ny. Ari, salahsatu pengunjung panti yang datang ke Pondok Lansia Berdikari, BSD GriyaLoka Sektor 1.6, Jl. Kubis, Blok A3/10, Jumat (23/5) kemarin. Ny. Ari menceritakan kepada kami demikian: "Semenjak sang mertualaki-laki ditinggal mati oleh sang isteri, tak lama setelahnya terus mengalamikemunduran mental. Terus mengalami depresi dan kini perilakunya jadiberubah ektra diselimuti rasa takut. Takut gelap, takut sakit, takut sendiri,bahkan takut jauh dari anak, kerabat yang luar biasa. Bahkan di tinggal kewarung beli sayuran pun tak bisa'. Berikut ini adalah jawaban yang kami berikan kepada Ny. Ari dan kembali saya paparkan dalam bentuk artikel semoga dapat bermanfaat bagikita semua. Amin. Terlebih-lebih bagi saudara kita dimanapun berada yangsaat ini sedang merawat lansia dengan karakter demikian.
Fefi, salah seorang perawat sedang menenangkan oma Suzana. Selain penakut, oma yang satu ini juga gampang sekali menangis lantaran takut. (Foto : Doc. Pondok Lansia Berdikari) Pertama, berdasarkan riset sederhana yang kami lakukan di pantikepada sejumlah lansia ditemukan jawaban bahwa; ‘adanya lansia penakutitu disebabkan ketika dia memasuki usia peralihan dari muda ke tua/lansiasebenarnya dia lupa atau tidak mengindahkan celah/lobang munculnyadepresi atau rasa takut pada dirinya. Celah inilah yang kemudian menjadijalan masuk perasaan yang bukan-bukan dari lansia di antaranya rasa takutdan akhirnya mengganggu perilaku keseharian lansia'. Dampak luasnya tentusaja membuat pengasuhnya pun tidak nyaman dan stres. Langkah pentingyang perlu ada lakukan adalah mencari celah itu dan menutupnya kembalirapat-rapat sehingga tidak lagi berlobang. Catatan penting: Depresi atau rasa takut itu ada pada umumnya disebabkan adanyaperasaan ‘rasa bersalah' pada diri lansia. Umumnya kesalahan ini berasalaldari akumulasi yang terus ditumpuk di pikiran sejak dari muda. Tugas kitaadalah mengumpulkan sebanyak mungkin rasa bersalah yang disimpan olehlansia itu (bila perlu lakukan pencatatan agar tidak lupa) dan kemudian kitamempersiapkan/mencari jawaban-jawaban yang paling bijak untukdisampaikan kepada lansia ketika salah-satu problem ‘rasa bersalah' itumuncul/kambuh. Contoh kasus keluhan masalah lansia seperti ini: Lansia : "Aku bersalah pada isteriku!" Anak : "Jangan khawatir yah, ibu telah memaafkan bapak kok" Kasus lain Lansia : "Aku bersalah pada tetanggaku!" Anak : "Jangan khawatir bapak, semua tetangga juga sudahmemaafkan bapak kok" Terus begitu dan katakan hal serupa sehingga dia akan tenang.Terlebih-lebih kita dapat mendatangkan pihak yang disakiti tersebut secaralangsung, itu akan jauh lebih baik bagi lansia sehingga dia yakin telahdimaafkan sehingga dia tenang. Lebih lanjut, secara teori tentang menutup lobang pada lansia yangdemikian memang mudah, namun harus diyakini jika niat kita tulus merawatdan menolong lansia agar sehat, berguna dan mandiri, Insya Allah akanbenar-benar gampang dan tidak akan sesulit yang kita bayangkan. Resepnya,jangan pernah bosan-bosan bersabar. Ingat, lansia yang kita hadapi iniadalah lansia yang di kala dia muda mungkin adalah orang yang pernahmenyangi kita atau orang yang paling kita hormati. Jangan hanya karena kinidia berubah perilaku, kita pun membalas hal yang serupa kepadanya. Mengapa saya menulis harus ektra sabar, fakta di lapangan menunjukkanbahwa yang merawat ternyata tidaklah sedikit ikut-ikutan berubah. Intinyaadalah kita harus selalu bijak dengan ‘rewel' orangtua. Sungguh pertolongan Allah, setelah masalah kami kumpulkan darimasing-masing lansia, dan tak bosan-bosannya kami menutup celahlobangnya secara perlahan, ternyata mampu menumbuhkan sifat ‘ikhlas' padadiri lansia. Bagaimana bisa? Ternyata jawaban-jawaban yang tengah kitapersiapkan itu menjadi obat yang mampu menegarkan hati. Jika hati lansiatelah ikhlas maka selanjutnya dia tidak akan mengeluh. Jika kini dia tidakmengeluh kini pun hidupnya jadi lebih tenang. Kedua, jangan pernah lagi memojokkan orangtua dengan kata-katakita yang menyakitkan. Ini merupakan PR bagi kita semua. ‘Tidak pernahkok..!!' coba renungkan lagi dan kembalikan kata-kata yang pernah kitakeluarkan saat bekomunikasi dengan lansia. Saya yakin, pasti ada yangterselip sehingga orangtua kita terpojok. Mengapa saya meminta agar kita semua menutup rapat-rapat momokyang pernah dilakukan orangtua. Hal ini penting karena rasa disudutkansebenarnya sama halnya dengan memperlebar lobang depresi pada lansia.Ingat, tujuan kita menutup lobang, bukan sebaliknya. Jadi, buang jauh-jauhungkapan yang dianggap menakutkan bagi para lansia agar masa tua merekabahagia sebagaimana keinginan kita semua. Catatan: Setelah paham, jalan bijak bagi Anda sekarang adalahmelakukan hal-hal berikut, (1) jangan pernah lagi, atau sekalipun membatahapa yang dikatakan oleh orangtua Anda. Jika pun tak setuju, sebaikanya Andadiamkan saja karena itu jauh lebih baik sebab tidak akan memunculkan strespada mereka sehingga jatuh dalam kondisi sedih. Jikalau pun inginmenjawab, jawablah dengan kata-kata yang halus, masuk akal dan mampuditerima secara nalar oleh mereka (agar tidak menimbulkan salah pahamkarena perbedaan usia). Ingat, kita lahir die rah millinium dan mereka di erapenjajah, pikirannya pasti beda dong! Bila perlu, mintalah kesempatan untukbertanya, karena itu juga jauh lebih baik karena orangtua tentunya akanlegowo menerima alasan yang kita berikan. (2) hindari berkata-kata dengannada atau ekpresi tegang. Mengapa demikian, karena lansia umumnyamengalami tingkat kesensitifan. Usahan selalu dalam berada enjoi, rilekssehingga dia akan selalu mengganggap kita tak sekedar anak, namun temanyang menyenangkan. (3) ingatlah baik-baik, jangan pernah sekali pun Andamembela diri di hadapan lansia. Mengapa demikian, karena hal ini akanmenimbulkan persepsi/anggapan dalam benak orangtua jika Anda adalahsang anak yang ternyata keras kepala. Atau dalam bahasa lain tidak tahu diri.Terakhir, (4) sering-seringlah minta maaf, karena permintaan maaf selainperbuatan yang baik, dampaknya ternyata mampu menggugah hati manusiadan menjadikan manusia sebagai salah satu orang yang rendah diri. Andaakan mendapat penilaian tersendiri di mata orangtua. Yakni sebagai peribadiyang sopan dan tahu benar bagaimana memperlakukan omongan orangtuadengan biijak. Ketiga, hindarkan orangtua dari tempat yang gelap. Meski tidak semuaorangtua takut pada gelap, namun perlakuan yang baik terhadap orangtua,khususnya pada malam hari adalah menghindarkan mereka dari tempatgelap. Terlebih-lebih lagi gelap dan sunyi. Mengapa demikian, berdasarkanpengalaman kami, bagi mereka umur lansia jika terlalu sering berada ditempat gelap, auranya juga menjadi tidak baik. Percaya atau tidak, lama-lama mereka akan menjadi sosok yang beda. Wajahnya jadi sering terlihatpucat/sayu. Selain itu, tujuan tempat yang terang (dalam hal ini maksudpenulis tidak terlalu terang) juga untuk menjamin keselamatannya. Mungkinsaat dia ingin ke kamar mandi, atau lapar ingin mengambil makanan, namunkondisi kita tidak terjaga dia tetap bisa mandiri tanpa mengandalkan kita.Tidak tersandung dan apabila sewaktu-waktu kehilangan keseimbangan, diajuga dengan sigap mencari benda yang dapat dijadikan pegangan. Berikutnya, selain melakukan tiga hal tersebut di atas, ada beberapahal yang harus Anda lakukan sebagai pendukungnya. (1) Sering-seringlahberkomunikasi dengan orangtua. Tak terkecuali pendiam adalah karakteralami bawaan lansia. Hal ini penting untuk menghindarlan orangtua darikondisi ‘pikiriannya kosong'. Mengapa demikian, disadari atau tidak, jikapikiran manusia (lansia) dalam kondisi kosong, sebenarnya dia telahmembiarkan gerbang pikirannya dalam kondisi terbuka. Jika hal ini terusdilakukan, lansia akan semakin sulit diatur. Pengalaman kami dari risetsederhana, ketika ada lansia pikirannya sering kosong, dia akan seringmelamun, selain itu, mereka juga senang ingin pergi (keluar rumah) dengantujuan yang jelas. Alamat yang dia tuju hanyalah khayalan seolah-olahmencari seseorang yang dia tahu persis dimana tempat tinggalnya. Padahal,senyatanya dia tidak tahu. Nah, kasus yang demikian biasanya dapat kitajumpai pada lansia yang suka hilang dari rumahnya (kabur). Bahkan,sebagian besar pergi tanpa pamit dan tanpa meninggalkan pesan. Jadi bukanmasalah baru, jika ada anak ke panti, ke Mapolsek, atau ke Dinas Sosialhanya untuk melaporkan jika orangtuanya hilang dan segera dikabari jikadiketemukan. Bahkan, belum lama ini kita melihat banyak tayangan di TVmenyuguhkan berita orang ilang. (2) Sering-seringlah menyanjung orangtua/lansia. Apakah pentingnya?Mungkin banyak orang mengesampingkan, terlebih anak sekarang denganbahasa mereka yang khas, apabila sering menyanjung disebutnya ‘lebai'.Namun setelah kami kaji lebih jauh, ternyata manfaatnya banyak sekali.Sanjungan salah satunya mampu membuat lansia menjadi aktifberkomunikasi. Hal ini karena sanjungan mampu mendongkrak rasa senangdan akhirnya menggugah rasa ingin menunjukkan eksistensi diri lansia.Percaya atau tidak, jika lansia itu amat senang jika dipinta mengkisahkanmasa lalunya, apalagi di saat-saat dia berjuang dan penuh liku-liku. Cerita inibaginya adalah bagian dari salah satu rasa bangga. Perlu Anda ketahui, di panti kami pujian atau sanjungan dibedakan kedalam dua jenis. Sanjungan dalam arti yang sebenarnya dan sanjungan dalamarti yang bukan sebenarnya (mengada-ada namun menyesuaikan kebutuhan). (a) Sanjuangan dalam arti yang sebenarnya adalah pujian yang diberikan petugaskepada lansia sebab kesempurnaan yang tampak terlihat oleh kasat mata. (b) Sementara sanjungan dalam arti yang bukan sebenarnya, adalah pujian yangdiberikan petugas (setengah mengada-ada) ke lansia. Meski demikian,dampaknya juga sangat berpengaruh dan telah terbukti mampu mengkontrolemosi lansia. Terakhir, sering-seringlah memberi hadiah pada lansia. Hadiah, danapakah pentingnya? Hadiah adalah salah satu media yang membuat orangjuga ingin menunjukkan eksistensinya bagi yang menerimanya akan menjadisenang. Nah, meski tak mahal, kami dan petugas kerap kali memberi hadiahkepada lansia agar dia menjadi senang. Hadiah ini sifatnya sebenarnya samahal dengan pujian/sanjungan. Demikian artikel ini, semoga dapat menjadi ilmu dan semoga Allahsemakin membukan hati pada kita untuk semakin sayang pada orangtua. Amin.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H
Lihat Sosbud Selengkapnya