Mohon tunggu...
Mohamad Sholeh
Mohamad Sholeh Mohon Tunggu... -

Saya adalah seorang pekerja sosial lanjut usia di PONDOK LANSIA BERDIKARI sholehsja@gmail.com/Hp. 081317977984

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Cara Menghadapi Lansia (Jompo) Pemarah

21 April 2014   07:56 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:24 7993
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13980153231967450087

[caption id="attachment_332545" align="alignnone" width="640" caption="MARAH: Sedang marah, Oma Suzana (kiri) marah kepada Ns. Ika Dian Paramita lantaran habis diejek oleh Opa Herry Susanto (tengah-duduk) pada saat sarapan di Pondok Lansia Berdikari."][/caption]

Siang ini, Minggu (20/4), kembali ada seorang ibu bernama Ida (35), Tangerang berkunjung ke Pondok Lansia Berdikari, BSD Sektor 1.6, Griya Loka, Jalan Kubis, Blok A3, No 10, Rawa Buntu, Serpong, Kota Tangerang Selatan. Selain berkunjung memberikan santunan pada Lansia yang tinggal di dalam, beliau juga ingin menanyakan hal penting kepada kami tentang masalah yang kerap kali membuatnya merasa stres ketika menghadapi lansia pemarah. Lansia tersebut bukan orang lain, melainkan orangtuanya sendiri.

“Pak, saya sering stres berat, tolong kasih tahu tentang bagaimana cara menghadapi orang tua (lansia) yang memiliki tabiat pemarah dan kadang meledak-ledak tanpa sebab. Padahal di kala muda tidak seperti itu,” katanya.

Pertanyaan ini cukup menarik bagi kami selaku pengurus panti, dan dalam tulisan ini akan saya coba tulisakan ulang tentang jawaban yang telah disampaikan kepada ibu tersebut. Jawaban yang saya tuliskan ini juga relevan untuk menghadapi orang-orang yang bukan lansia.

Bismillahirohmanirohim, sebenarnya banyak sekali jenis perilaku manusia saat mulai/saat memasuki usia lanjut. Salah satunya seperti ‘pemarah’. Semoga tulisan ini dapat membantu dan lakukan hal-hal seperti di bawah ini terlebih dahulu sebagai permulaan memecahkannya;

1. Cobalah dengan mengingat-ingat kembali (dicatat lebih baik) jam-jam/saat-saat lansia sedang marah-marah. Tahu waktu ini penting untuk mengetahui langkah-langkah apa untuk mencegahnya.

2. Pelajari jenis marah-marah seperti apa yang paling sering dilakukan oleh lansia. Apakah spontanitas, normal hingga brutal, atau bertahap baru memuncak marahnya.

3. Pelajari juga lama (waktu) marahnya, apakah sekali marah langsung lupa, atau ditahan hingga berhari-hari.

4. Pelajari juga penyebab marahnya, apakah terpicu dahulu, ataukah tanpa sebab tiba-tiba marah-marah.

5. Catat juga penyebab mulai atau telah hilangnya marah lansia itu karena faktor apa?

6. Catat pula orang-orang/hal apa yang paling ditakuti lansia selama ini.

Ketika Anda telah mengantongi semua jawaban itu, sekarang kita diskusikan cara menghadapinya agar stres kita tidak berkepanjangan.

Tahukah Anda, ketika lansia sedang marah itu sama halnya dengan martil senapan yang telah dilesakkan. Jika Anda menginginkan kondisi lebih baik, jangan pernah mencoba menghalaunya karena akan ada yang cedera. Yakni, yang jelas bukan orang lain, melainkan anggota badan kita sendiri.

Catatan: Meski Anda tidak menghalau martil tersebut, lalu jangan lantas merasa tak mempedulikan peluru yang telah dilesakkan itu. Dalam kondisi ini, Anda harus menganggap jika peluru itu tak dapat mencederai karena Anda mengenakan jaket antipeluru. Anda harus tetap selamat karena tugas Anda berikutnya meski badan terluka adalah tetap sewaktu-waktu siap memeluk lansia tersebut kembali.

Sulit memang menerapkan saran seperti yang saya tuliskan dalam paragraf di atas tersebut, namun percayalah, ini adalah cara yang efektif dan telah berhasil kami gunakan selama menangani puluhan lansia di Pondok Lansia Berdikari.

Selanjutnya, mengapa kami menyarankan untuk mencatat/melakukan riset terhadap enam faktor penting di atas, berikut penjelasannya.

1. Mengapa kita harus tahu jam-jam di saat lansia marah?

Dalam beberapa kasus, ternyata tindakan marah itu seperti deret waktu. Meski tak semua, khusus lansia ternyata cenderung mengulangi tindakan marah di jam/waktu yang sama.

Contoh:

- Ada seorang nenek di tempat kami setiap waktu menunjukkan pukul 20.00 WIB, dia pasti marah. Penyebabnya sangat sepele: Nenek tersebut tidak suka tidur larut, sementara kondisi teman-temannya masih terjaga. Tentunya, tidur jadi terganggu lantaran masih terdengar tawa dan obrolan lansia-lansia terjaga itu. Hal inilah yang memicu nenek tersebut marah-marah.

- Nah, contoh di atas saya yakin memiliki kemiripan di beberapa tempat di rumah Anda. Nah, jika sekarang kita telah dapat memahami, tentunya Anda tidak boleh lagi hanya bisa diam. Tugas Anda selanjutnya adalah menjaga lingkungan keluarga kondisi di saat jam-jam lansia biasanya marah menjadi tenang.

2. Mengapa kita harus tahu jenis marah spontanitas atau bertahap?

Sebagaimana sedikit telah saya sampaikan di atas, tujuan riset sederhana ini adalah untuk mengetahui cara menghadapi lansia yang sedang marah. Tahun spontan ataukah bertahan menjadi sangat penting untuk Anda.

Contoh:

- Di tempat kami, ada seorang kakek acap kali tanpa sebab mendadak marah-marah. Bahkan tidak hanya satu kakek, tapi kasus ini sudah kami ujikan ke beberapa lansia yang memiliki kecenderungan perilaku mudah marah yang sama dan hasilnya demikian;

a. Kakek yang memiliki kecenderungan mudah marah tanpa sebab, terlebih-lebih lansia yang pengidap sakit stroke (yang memiliki kecenderungan marah lebih tinggi karena penyumbatan pembulu darah ke otak yang dampaknya emosi susah dikontrol karena kerja otaknya terganggu). Perlakuan yang kami terapkan kepadanya adalah dengan mengurangi (membatasi) berkomunikasi dan berinteraksi dengan yang lain. Yang dimaksudkan mengurangi bukan mendiamkan sama sekali, namun kembali pada prinsip martil senapan dan jaket antipeluru di atas. Tugas kita bukan memusuhi selamanya, akan tetapi hanya mengurangi stres pada sendiri. Artinya, apa yang kita lakukan hanyalah semata sandiwara guna menenangkan atau membuat nyaman si kakek (lansia).

Alhamdulillah, kondisi marah lansia-lansia yang demikian, setelah kami ujikan pola perlakuan yang demikian, stres petugas sangat minim muncul saat menghadapi lansia dengan tipe yang demikian.

b. Jika lansia memiliki cara marah secara bertahap, tetapkah berkomunikasi dengan normal padanya. Karena jenis marah ini tergolong normal. Solusinya, Anda hanya menghindari hal-hal yang dapat memicu lansia marah.

3. Mengapa kita harus tahu jenis marah lama atau sebentar?

Saya yakin Anda sependapat dengan kami, jika ada seseorang memiliki karakter lama menahan marah itu jauh lebih menyebalkan dibandingkan hanya marahnya sebentar. Mengapa demikian, hal ini karena marah yang lama itu dapat memengaruhi orang yang semua tidak marah jadi ikut-ikutan marah. Mengapa demikian, berikut penjelasannya;

Bayangkan, Anda adalah seorang anak yang setiap hari bekerja dari pagi sampai malam untuk menghidupi orang tua (lansia), istri, dan anak. Tentunya, stres sangat dekat lantaran kesibukan kerja tersebut. Mengapa demikian?

Kita dapat mengandaikan, ketika kita bekerja, tentunya berpengaruh pada pikiran dan fisik kita. Secara umum efek yang ditimbulkan pada tubuh paling kentara adalah; (1) Letih: Anda dapat membayangkan jika dalam kondisi letih tiba-tiba ada sesuatu yang mengganggu, Anda melihat orang tua cemberutan atau bahkan ngomel-ngomel seenaknya. Saya yakin, sesabar-sabarnya Anda, ada pasti emosi meski tak meledak-ledak. Nah, artinya, kita terpengaruh dengan lansia pemarah yang berlarut-larut itu; belum lagi (2) susah tidur; (3) depresi; dan masih banyak lagi.

Catatan: Pertanyaan menarik untuk kita sebagai renungan adalah jika kita terpancing dengan lansia yang marah, kemudian kita mengimbanginya dengan marah pula, lalu apa bedanya Anda dengan lansia? Marilah kita menoleh ke diri, terkadang kesalahan yang kita lakukan kita tak mampu mengenalinya.

4. Mengapa kita harus tahu penyebab marah lansia?

Pentingnya tahu marahnya lansia tak lain untuk mengantisipasi agar hal-hal yang membuat lansia marah dapat dihindarkan. Kami mengambil contoh satu lansia di tempat kami, yakni lansia yang sangat marah jika barang-barang kesayangannya seperti bantal, piring, bahkan kasurnya diduduki oleh orang lain. Karena telah mengetahui penyebabnya, tindakan kami selalunjutnya adalah membuat peraturan pada siapa pun, mulai dari petugas dan lansia lain tidak menyentuh barang-barang lansia itu. Alhamdulillah, setelah peraturan diterapkan, lansia tak lagi marah-marah lagi.

5. Mengapa kita harus sebab apa marahnya lansia reda?

Kami sangat menyakini, jika lansia di rumah Anda sedang marah, seisi rumah paham benar penyebab marah lansia itu reda, apakah yang muda minta maaf, apakah sebab makanan, atau saat nonton TV dan masih banyak lagi. Nah, semua itu dikompilasi sebagai alat jika sewaktu-waktu marah lansia kambuh.

6. Terakhir, mengapa kita harus tahu orang-orang/hal apa yang paling ditakuti lansia?

Percayalah, di balik keberanian seseorang, pasti terselip rasa takut. Tak peduli penjahat paling sadis pun juga memiliki hati penakut ini. Nah, inilah yang akan kita terapkan pada lansia di saat marahnya sedang meledak-ledak.

Contoh:

Lansia di tempat kami (kebetulan tidak punya rumah) paling takut dengan kata-kata ‘dipulangkan’. Kata dipulangkan ini seorang menjadi musuh nomor satu bagi lansia itu untuk tidak disebut oleh petugas panti.

Sebenarnya ini bukan jahat, namun justru alat yang efektif untuk mencegah lansia marah.

Contoh penerapannya seperti ini:

Pada suatu hari ada nenek-nenek di tempat kami sedang bertengkar hanya gara-gara jemuran tertukar. Mereka saling olok satu sama lain. Nah, petugas pun cukup berkata, “Jika tetap tidak mau akur dan meminta maaf, kami akan pulangkan keduanya.”

Sontak dua lansia tersebut terdiam dan tidak marah lagi. Nah, dari sini saya pikir sangat mudah sekali memahami poin yang keenam ini. Yakni tahu hal-hal yang ditakuti lansia adalah formula yang efektif mencegah marahnya lanjut usia.

Catatan:

Meskipun poin terakhir ini bentuknya ancaman, saya yakin kita sangat bijak dan lihai tentang bagaimana menerapkan kata-kata. Meski mudah, juga jangan sepelekan karena dapat berdampak sebaliknya. Lansia bukan malah nurut, akan tetapi justru sebaliknya memberontak pada kita.

Semoga bermanfaat.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun