[caption id="attachment_333417" align="aligncenter" width="265" caption="Foto: Koleksi Pondok Lansia Berdikari. Oma Sri Suparti (penghuni) dan Umroh (petugas) dari Pondok Lansia Berdikari sedang foto bareng usai mengikuti kegiatan makan siang bersama bersama lansia yang lain."][/caption]
Tulisan ini tadinya bukan bermaksud ingin memberikan pembelaan terhadap ‘anak (kandung) yang sengaja menitipkan orangtua (sendiri) di panti jompo’. Namun dari sekian pengalaman dan pengamatan sederhana ketika berada di luar dan di dalam panti jompo, tampaknya sudah seharusnya jika ada anak yang bertindak demikian tersebut di atas harus mendapat pembelaan.
Sebelumnya saya ingin mengucapkan beribu maaf sebelum melanjutkan menulis karena khawatir mungkin dapat menyinggung perasaan. Terlebih-lebih memojokkan budaya leluhur tentang “mikul duwur, mendem jero” yang inti maknanya anak itu harus membanggakan kedua orangtua. Penulis pun menyadari sebab apabila ingin menempatkan pada posisi paling netral sekalipun pun, rasanya juga juga berat.
Disadari atau tidak, arus globalisasi saat ini terus mendorong dan mempengaruhi manusia untuk/agar dengan cepat beradaptasi dengan kemajuan yang telah mempengaruhi sistem budaya kita. Khususnya globalisasi yang menyuguhkan tentang terus lunturnya budaya leluhur yang mengajarkan orangtua jika sudah memasuki lanjut usia, maka anak memiliki kewajiban merawat sendiri orangtuanya sebagai bentuk balas budi karena dahulu kita pernah dilahirkan dan dibesarkan. Di zaman sekarang ini, alasan kesibukan, aktivitas kerja yang padat, jarak yang jauh pun mulai tidak digunakan. Alhasil, banyak manusia mengikuti globalisasi dan akhirnya menitipkan orangtuanya di panti jompo.
Pengaruh globalisasi paling kentara adalah hubungan anak dan orangtua yang tentunya semakin hari semakin renggang. Kesibukan yang hampir menyita seluruh waktu membuat sang anak memiliki sedikit waktu untuk memikirkan orang tua. Terlebih-lebih untuk merawatnya. Sekarang ini adalag masa dimana banyak orang tua menghabiskan sisa umurnya di panti jompo.
Tidak hanya itu, globalisasi juga membawa perubahan pada tatanan tipe kuarga yang semua besar kini mengalami pergeseran menjadi keluarga kecil. Hal semacam ini banyak kia jumpai di perkotaan. Keluarga satu dengan keluarga lainnya tak lagi berdeketan. Bahkan jaraknya pun ada yang tidak dapat dijangkau dalam waktu singkat. Dahulu, ayah, ibu, kakek, nenek, keponakan, sepupu, dapat dijumpai dalam satu blok, sekarang, sangat sulit mencari tipe keluarga yang demikian. Dahulu, ayah/ibu ketika sakit dan anak-anaknya tidak ada di dekatnya, masih ada kerabat terdekat yang merawatnya, karena memang lokasinya berdekatan. Sekarang jelas berbeda, kanan dan kiri rumah adalah tetangga, bahkan ada yang tidak kenal atau mau ngenal seperti banyak di jumpai di perumahan-perumahan. Agar aman, pilihan perawat atau panti jompo kerap kali menjadi alternatifnya sebagai peran pengganti.
Lalu, yang menjadi pertanyaan ini tulisan ini adalah bersalahkan kita jika menitipkan orangtua dengan alasan kesibukan, aktivitas kerja yang padat, jarak yang jauh?
Dalam tulisan ini, penulis menjawab membolehkan yang tentunya memiliki dasar dan alasannya.
Pertama, percayalah jika kesepian itu sangat tidak menyenangkan. Saya pernah berdiskusi dengan puluhan lansia yang saya rawat di Pondok Lansia Berdikari di BSD Sektor 1.6, Griya Loka, Jalan Kubis Raya, Blok A3/10. Hasilnya, kesepian itu membuat lansia sangat menderita. Mengapa demikian? Lansia adalah masa dimana manusia terus mengalami penurunan secara fisik, mental/pikiran dan daya inderanya. Dapat kita semua bayangkan, betapa tidak enaknya disaat manusia mengalami serba keterbatasan justru malah sendirian. Saya yakin, jika Anda memiliki orangtua yang demikian, dapat merasakan betapa ngilu perasaan kita melihat orangtua yang demikian. Ingin makan susah, mengambil minum sulit, sementara badan terasa sakit-sakitan.
Kedua, percayalah jika panti jompo/pondok lansia tidak seburuk seperti yang kita persepsikan. Umumnya panti benar-benar menjamin unsur pokok yang dibutuhkan lansia, papan, sandang dan pangannya. Jika waktunya makan pagi, siang, dan sore/malam ada yang menyediakan, jika waktunya ganti popok ada yang menggantikan, bahkan jika kesepian ada petugas yang menemani mengisi waktu kosong itu untuk dihibur.
Ketiga, percayalah jika Anda terpaksa sama sekali tidak dapat merawat orangtua sendiri itu bukan perbuatan durhaka sehingga berakibat dosa selama Anda bertanggung jawab penuh atas apa-apa yang dibutuhkan oleh orangtua.