Mohon tunggu...
Afriandi Prasetya
Afriandi Prasetya Mohon Tunggu... pegawai negeri -

suami dari seorang istri yang menakjubkan, dan ayah dari seorang anak yang tampan dan dua orang anak yang cantik http://pondokecil.wordpress.com http://tbws.wordpress.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Nomad

1 Agustus 2011   04:23 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:12 91
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

no·mad 1 n kelompok orang yg tidak mempunyai tempat tinggal tetap, berkelana dr satu tempat ke tempat lain, biasanya pindah pd musim tertentu ke tempat tertentu sesuai dng keperluan kelompok itu; 2 v cak (hidup) berkelana, tidak menetap [KBBI]

Aktivitas nomad tidak hanya dilakukan oleh nenek moyang kita, namun sampai hari ini kita masih dapat menjumpainya, walau mungkin tidak dalam bentuk komunal tetapi lebih bersifat individual. Pada sebagian komunitas, nomad sudah mulai ditinggalkan karena tidak nyaman, merepotkan, harus berpindah-pindah, dan tidak efisien. Sementara bagi pelaku nomad sendiri bisa jadi merasakan kenyamanan, kebebasan, dan efektivitas yang luar biasa dalam hidup mereka.

Ketika manusia mulai meninggalkan cara hidup nomad, ia akan mulai dengan menemukan ladang yang memberinya penghidupan dengan cukup layak, kemudian membangun pondasi rumahnya dengan kuat, membina dinding permanen, atap yang kokoh lalu mengisinya dengan berbagai perabotan, tidak hanya yang primer atau sekunder tetapi juga yang tersier. Manusia mulai merasa nyaman dengan rumahnya menumpuk kekayaan di dalam gudangnya, melahirkan dan membesarkan anak-anak dan keturunan mereka di sana, merasa berat meninggalkannya karena kecintaannya yang mendalam pada itu semua.

Sikap-sikap seperti itu tidak didapat pada pelaku nomad, karena bagi mereka ladang yang baik ada di mana-mana, jika suatu ladang sudah tidak produktif akan ada ladang lain yang siap digarap. Rumah mereka pun sederhana, mulai dari gua-gua, kayu yang disusun dengan beratap daun, atau sebatang tiang dan selembar kain tenda sebagai kemah. Kekayaan yang mereka bawa adalah kekayaan yang produktif: hewan ternak atau hewan kendaraan dan uang secukupnya untuk berbelanja kebutuhan pokok. Mereka melahirkan dan membesarkan anaknya dalam tempaan alam yang berbeda antara satu tempat dengan tempat yang lain, mereka tidak berat meninggalkan tempat tinggalnya karena yang mereka cintai hanyalah diri mereka sendiri.

Di dunia moderen seperti sekarang ini, barangkali masih dijumpai pelaku nomad demikian. Namun tidak tertutup pula sikap-sikap nomad pada manusia moderen. Mereka adalah orang-orang yang percaya bahwa Tuhan telah membekali dirinya dengan keterampilan dan kemampuan yang dapat membuatnya bertahan hidup dan berkembang biak. Mereka bukanlah orang-orang yang mengejar jabatan dan duduk tenang di atas singgasana. Mereka juga bukan orang-orang yang mengumpulkan harta untuk meningkatkan strata sosialnya, melainkan secukupnya harta untuk dapat dikelola sebaik-baiknya dan disedekahkan kepada yang lebih membutuhkan.

Orang-orang nomad moderen ini tinggal di apartemen, rumah sewa, atau bahkan di manapun yang cukup untuk meluruskan badan, memejamkan mata dan membersihkan tubuh. Mereka bukanlah gelandangan yang meminta-minta atau diberi rizki yang sedikit dari Tuhannya. Mereka justru orang-orang yang menjual kemampuannya dengan profesional, di mana ada pekerjaan mereka mengambilnya, sekedar mencukupi kebutuhan dan cita-cita. Mereka tidak perlu meminta-minta jabatan karena justru berbagai jabatan dan tawaran pekerjaan yang menghampiri mereka. Mereka tidak tahan lama duduk atau terlalu banyak bicara karenanya mereka lebih suka bertindak dan mendengar.

Dan syair yang dipetik dari kitab Diwan Asy-Syafi'i berikut cukuplah kiranya menggambarkan keadaan para nomad ini:

Berdiam diri dan bersantai-santai di rumah saja bukanlah sifat dari seorang yang cerdik nan pandai.

Tinggalkan dan pergilah jauh-jauh dari negerimu. Berkelanalah niscaya akan engkau temui pengganti dari orang-orang yang engkau tinggalkan.

Curahkanlah tenaga dan pikiranmu, sebab kenikmatan hidup yang sejati ada pada kerja kerasmu.

Sungguh aku melihat air yang diam itu merusak dirinya. Bila ia mengalir niscaya akan menjadi baik dan bila ia diam niscaya akan menjadi buruk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun