Mohon tunggu...
Ponco Wulan
Ponco Wulan Mohon Tunggu... Guru - Pontjowulan Samarinda

Pontjowulan Kota Samarinda Kalimantan Timur

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Pintu Kelas yang Menanti Pak Guru

10 September 2024   05:01 Diperbarui: 10 September 2024   07:43 397
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Langit pagi kelabu masih menyelimuti SMK Negeri 9, saat itu bel sekolah berbunyi memecah kesunyian yang menandakan awal pembelajaran. Pintu kelas XI Perikanan menunggu dengan setia dan menyimpan sebuah kisah yang belum terungkap di baliknya.

Di halaman sekolah hujan gerimis mengantarkan suara gemericik dan menciptakan melodi yang mengiringi langkah kaki siswa menuju ke kelas mereka. Di dalam kelas XI Perikanan, suasana tampak tenang namun ada keheningan yang menggelayuti ruang tersebut. Pintu kelas yang berat  dengan cat mulai memudar, tampak menunggu dengan sabar seolah merindukan sosok yang sudah lama dikenal.

Pak Saryono, guru yang terkenal dengan ketegasan dan bijaksana, belum juga muncul. Kehadiran beliau sudah menjadi semacam ritual bagi siswa-siswi di kelas itu. Setiap pagi saat pintu kelas terbuka dan Pak Saryono melangkah masuk dengan senyum hangatnya, rasa damai dan semangat untuk belajar seolah mengalir deras. Namun pagi ini pintu itu masih menanti dengan diam dan menyimpan berbagai pertanyaan serta rasa penasaran di antara siswa.

"Kenapa Pak Guru belum datang, ya?" tanya Rina sambil menatap jam dinding yang bergerak lambat. Di sudut ruangan, Sinta memandang ke arah pintu dengan penuh harapan dan berharap sosok Pak Saryono segera muncul untuk memulai pelajaran seperti biasa. Namun saat menit-menit berlalu, hanya tersisa rasa penasaran dan kerinduan akan kehadiran sang guru yang selalu membawa kehangatan serta pengetahuan ke dalam kelas.

"Bagaimana kalau kita mulai tanpa Pak Saryono?" saran Andi, salah satu siswa yang biasanya sangat antusias. Namun ide itu segera ditolak oleh Sinta. "Enggak, rasanya aneh. Pak Saryono selalu ada di sini dan pelajaran kita rasanya belum lengkap tanpa beliau."

Bu Ririn yang secara kebetulan melewati ruang kelas XI Perikanan, mendengar keributan kecil di dalam dan memutuskan untuk mengintip. Melihat situasi yang terjadi, beliau menghampiri pintu dan mengetuk perlahan.

"Selamat pagi, anak-anak. Ada masalah?" tanya Bu Ririn dengan nada ramah. Para siswa memandangnya dengan harapan seolah berharap beliau bisa memberikan jawaban atas ketidakpastian mereka.

"Pak Saryono belum datang, Bu," jawab Rina. "Kami sudah menunggu sejak bel berbunyi."

Bu Ririn mengangguk memahami. "Baiklah, saya akan mengecek ke ruangan beliau. Mungkin ada halangan atau kendala yang tidak terduga."

Ketika Bu Ririn meninggalkan kelas, suasana di dalam kelas XI Perikanan tetap penuh dengan rasa ingin tahu. Sinta memandang kembali ke arah pintu dengan penuh harapan, sementara Andi dan teman-temannya mulai berbisik-bisik mengenai kemungkinan yang bisa terjadi.

Tak lama kemudian, Bu Ririn kembali dengan raut wajah yang sedikit khawatir. "Ternyata Pak Saryono mengalami kendala dalam perjalanan di daerah Sambutan. Beliau sedang dalam perjalanan menuju sekolah tetapi mungkin akan terlambat. Untuk itu, saya akan menggantikan beliau dan kita bisa mulai pelajaran dengan materi yang sudah dipersiapkan."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun