Sebagai salah satu contoh di sekolah A yang memiliki kemampuan finansial yang memadai maka dia akan membuat mata pelajaran muatan lokal yang juga bergengsi untuk pelajarnya seperti mata pelajaran coding, robotic, Bahasa mandarin, Bahasa Jerman, Seni Musik, Seni rupa atau pelajaran yang mungkin memerlukan biaya yang cukup besar.
Sedangkan sekolah yang finansialnya menengah ke bawah tentunya akan mencari mata pelajaran muatan lokal yang memerlukan atau bahkan tidak mengeluarkan biaya sama sekali.
Tentunya ini juga menjadi sebuah perhatian bagi para pengambil kebijakan dalam bidang pendidikan karena bagaimanapun semua adalah anak bangsa dan tentunya harus diperlakukan secara adil dalam menerima Pendidikan yang berkualitas.Â
Bahasa Inggris mungkin akan menjadi salah satu pilihan untuk dijadikan sebagai mata pelajaran keterampilan atau muatan lokal karena tentunya tidak akan memerlukan biaya karena hampir semua sekolah memiliki guru Bahasa Inggris jadi para guru Bahasa Inggris tidak perlu kwatir akan bergeser  dan tidak memiliki tempat lagi di sekolah.
Tetapi satu hal yang harus diperhatikan dalam pola pengajaran Bahasa inggris adalah bagaimana anak-anak tersebut ketika belajar Bahasa inggris menjadi mahir berbahasa inggris bukan seperti sebelumnya dimana di sekolah belajar Bahasa inggris tetapi mahir Bahasa inggris di tempat kursus Bahasa inggris.
Apapun kebijakan yang diambil oleh pemerintah, percayalah kalau itu semua demi kebaikan Pendidikan kita untuk mempersiapkan generasi pengganti yang lebih baik dan hal ini akan dapat tercapai jika kita semua memberikan perhatian pada proses Pendidikan di negeri kit aini. Salam Merdeka Belajar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H