Mohon tunggu...
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR
POLTAK EFRISKO BUTARBUTAR Mohon Tunggu... Konsultan - Profesional Development - Sokrates - Binus Creates

Hanya ingin berbagai untuk kemajuan Pendidikan di Indonesia, khususnya dalam penerapan teknologi dalam proses pembelajaran.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Heutagogy dalam Dunia Pendidikan Indonesia

23 Januari 2020   16:41 Diperbarui: 17 Juni 2021   07:54 1435
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Mengetahui Heutagogy dalam Dunia Pendidikan Indonesia (unsplash/taylor-wilcox)

Disamping itu, metode ini selaras dengan kemampuan teknologi saat ini dimana semua orang dapat dengan mudah untuk mencari informasi yang dibutuhkan melalui jaringan yang terkoneksi secara global.

 Heutagogy juga dapat menunjang untuk pencapaian kompetensi yang dibutuhkan di abad 21 yaitu Critical thinking & Problem solving, Creativity, Communication, Collaboration, Compassion and competition sehingga peserta didik dapat lebih siap dalam menghadapi masa depan mereka yang merupakan dunia baru yang kondisinya pasti akan sangat berbeda dengan kondisi yang ada saat ini.

Dalam menggunakan metode ini memang sangat dibutuhkan kesadaran siswa akan perlunya belajar dan hal ini mungkin akan menjadi salah satu kendala dalam melaksanakan metode ini dikarenakan peserta didik di Indonesia ini belum sepenuhnya memiliki semangat belajar secara mandiri.

Baca juga : Prihatin Rencana PPN Jasa Pendidikan, Ini Sikap Forum Guru Muhammadiyah

Oleh karena itu dituntut kreativitas dari para guru dalam menerapkan hal ini khususya dalam melatih siswa dalam belajar untuk belajar, karena itu perlu diperhatikan beberapa prinsip dalam melaksanakan Heutagogy, yaitu :

  1. Melibatkan peserta didik dalam mendesain konten pembelajaran mereka sendiri dan proses sebagai mitra yang setara
  2. Membuat proses kurikulum fleksibel sehingga pertanyaan dan pemahaman baru dapat dieksplorasi saat jalur neuron baru dieksplorasi
  3. Gunakan media social/LMS (Learning Management System) untuk jaringan belajar
  4. Memberikan penilaian yang fleksibel atau dinegosiasikan
  5. Memungkinkan pelajar untuk mengontekstualisasikan konsep, pengetahuan, dan pemahaman baru
  6. Menyediakan banyak sumber daya dan memungkinkan pelajar untuk mengeksplorasi konten penting
  7. Percobaan dan penelitian
  8. Praktik dasar pada ilmu terbaru
  9. Melibatkan peserta didik dalam pembelajaran kolaboratif
  10. Membedakan antara pengetahuan dan perolehan keterampilan (kompetensi) dan pembelajaran yang mendalam
  11. Membantu pelajar mengumpulkan informasi
  12. Mengenali pentingnya pembelajaran informal dan bahwa kita hanya perlu mengaktifkannya daripada mengendalikannya
  13. Memiliki kepercayaan pada peserta didik
  14. Tempatkan anda atas bidang subjek sehingga Anda bisa menjadi sumber daya
  15. Kenali hal-hal yang dapat menjadi penghambat proses pembelajaran

Dengan menerapkan prinsip-prinsip tersebut diharapkan akan mampu menerapkan metode ini dengan baik dan akan menambah nilai baru dalam proses pembelajaran yang dilakukan di sekolah. 

Jika hal ini dapat dilakukan oleh Guru di seluruh Indonesia maka program "Merdeka Belajar" akan tercapai karena metode ini sangat membantu peserta didik untuk dapat belajar secara merdeka tanpa dibatasi oleh kurikulum yang sangat baku dan membatasi kreativitas dari Guru dan peserta didik. Salam Merdeka Belajar.  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun