Dalam menghadapi berbagai permasalahan dunia Pendidikan di Indonesia, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang melakukan terobosan-terobosan baru khususnya dalam meningkatkan kualitas dari Pendidikan di Indonesia.Â
Harus diakui bahwa tantangan dunia Pendidikan kita saat ini cukuplah berat khususnya dalam mempersiapkan generasi pengganti kita dalam menghadapi masa depan mereka yang penuh ketidakpastian dan karena itu mereka harus disiapkan untuk menghadapi segala kepastian dimasa depan mereka.Â
Salah satunya dengan melakukan perubahan metode-metode pembelajaran di kelas oleh Guru, dimana salah satunya adalah Heutagogy.
Heutagogy dalam dunia Pendidikan memang bukanlah hal baru karena metode ini sudah muncul sejak tahun 2000 yang disampaikan oleh Stewart Hase & Chris Kenyon.Â
Heutagogy is the study of self determined learning and applies a holistic approach to developing learner capabilities with the learner serving as the major agent in their own learning, which occurs, as a result of personal experience.
Dalam pengertian tersebut peserta didik mampu belajar secara mandiri dan menerapkan pendekatan holistic dalam beberapa situasi belajar, fokusnya harus pada apa dan bagaimana peserta didik belajar, bukan apa yang diajarkan.Â
Salah satu hal yang paling pokok untuk dilakukan peserta didik adalah bagaimana mereka dilatih belajar untuk belajar (learn how to learn), dengan kata lain peserta didik harus mampu mengexplore/memperdalam materi apa yang ingin mereka pelajari sesuai dengan apa yang dibutuhkan bukan hanya menerima materi dari Guru semata.
Dan tentunya fungsi Guru juga berubah dari pengajar menjadi konsultan belajar sehingga ketergantungan peserta didik dengan Guru juga semakin berkurang dan mereka mampu untuk belajar secara mandiri.
Baca juga : Tata Kelola Pendidikan Nasional dalam Bingkai New Normal Perspektif Kelokalan
Mengapa heutagogy penting saat ini? Dengan menerapkan metode ini, diharapkan dapat mengatasi beberapa tangtangan dalam dunia pendidikan saat ini seperti :
- Tenaga kerja membutuhkan pembelajaran seumur hidup dan pembelajar seumur hidup
- Siswa perlu belajar cara belajar dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis
- Sekolah tidak bisa mengajarkan semuanya; peserta didik perlu belajar untuk belajar
- Lebih banyak lembaga bergerak menuju pembelajaran yang berpusat pada peserta didik dan pendidikan berbasis kompetensi
- Masih kurangnya sinergi dunia pendidikan dengan dunia usaha dan industri