GAYA BELAJAR KINESTHETIC
Bila sahabat melihat siswa yang antusias melakukan permainan, aktivitas fisik, praktik, ekperimen di laboratorium, simulasi/ demonstrasi, suka menonton film 'kisah nyata', senang melakukan studi kasus, dan hal aplikatif lainnya, berarti si anak tergolong gaya kinestetik. Mereka banyak mengandalkan tangan, objek nyata, atau gerakan sebagai alat bantu menyerap informasi sehingga tidak heran siswa tipe ini berupaya menggenggam, memegang, mencicipi, atau meraba objek yang mereka anggap sebagai sumber informasi. Anak dengan gaya belajar kinestetik lebih mempercayai pengalaman sendiri daripada harus meyakini pengalaman orang lain. Â
Sebenarnya banyak pertanyaan yang menggelayuti pikiran kita saat bersentuhan dengan gaya belajar siswa, di antaranya:
- Bagaimana mengetahui gaya belajar seorang anak?
- Perlukah membuat asesmen khusus untuk mengetahui gaya belajar anak?
- Setelah mengetahui gaya belajar anak, apa yang harus dilakukan?
- Apakah seorang anak sudah pasti memiliki gaya belajar spesifik?
- Apakah seorang anak harus diajari sesuai dengan gaya belajarnya?
- Apakah anak dengan gaya belajar yang sama harus ditempatkan di kelompok yang sama?
- Apakah seorang anak hanya mampu belajar dengan gaya belajar tertentu?
- Apabila guru tidak mengetahui gaya belajar anak, apa yang terjadi dengan hasil belajar anak?
- Bagaimana guru memperlakukan anak dengan gaya belajar yang berbeda?
Selain 9 pertanyaan ini, bisa jadi sahabat masih menyimpan segudang pertanyaan lagi kan?
Setelah memaparkan 4 gaya belajar di atas, saya jadi teringat Edgar Dale yang terkenal dengan Edgar Dale Cone of Experience. Dale menegaskan bahwa anak hanya mengingat 10% dari yang mereka baca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang dilihat, 50% apabila dilihat dan didengar, 70% bila diucapkan dan ditulis, serta 90% apabila mereka melakukannya. Paham kan maksud saya? Misalnya nih, ada siswa dengan gaya belajar auditori hanya dibekali dengan materi berbentuk audio, bila merujuk pada Cone of Experience-nya Edgar Dale maka tingkat pemahamannya hanya 20%. Saya yakin bahwa Dale sedang menggugah kita untuk memberikan pengalaman belajar sebanyak-banyaknya dan seluas-luasnya kepada siswa. Itu adalah pilihan terbaik. Jangan kita lupakan juga pepatah Cina ini: Tell me and I forget , show me and I remember, involve me and I understand (Saya mendengar dan saya lupa, saya melihat dan saya ingat, saya melakukan dan saya mengerti).
Banyak ahli yang meragukan kemanjuran teori gaya belajar, namun tidak sedikit yang mendukungnya diterapkan di kelas. Ada ahli yang beranggapan bahwa apabila guru sudah mengenali gaya belajar siswa, maka pembelajaran lebih efisien karena pengajar lebih efektif dalam menentukan strategi pembelajaran. Ada juga yang berpendapat bahwa mengkotak-kotakkan siswa dengan gaya belajar tertentu tidak membuat siswa belajar lebih baik, yang perlu adalah guru memperkenalkan strategi dan metode belajar yang beragam untuk meningkatkan adaptasi belajar siswa.
Okay sahabat inspiratif, saya sudah paparkan 4 jenis gaya belajar siswa, sekarang giliran sahabat menggalinya lebih dalam dan menerapkan yang terbaik di kelas. Teruslah menjadi GURU PEMBELAJAR, banyak belajar banyak ilmu. ALAM TAKAMBANG JADI GURU. Salam pembelajar and have a wonderful day!
Referensi:
VARK Modalities: What do Visual, Aural, Read/write & Kinesthetic really mean? (2023). Diakses pada 24 Nopember 2023 dari https://vark-learn.com/introduction-to-vark/the-vark-modalities/
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H