Sebagai proses politik rutin yang terjadi 5 tahun sekali , Pemilu menghasilkan hampir 200.000 orang kandidat yang gagal. Pada tahun 2014 saja dari 19.699 total kursi Parlemen di tingkat Pusat sampai tingkat Kabupaten kota terdapat total 186.178 kandidat yang tidak berhasil. Bila angka ini ditambah dengan total kandidat yang gagal dalam Pemilukada di 34 Propinsi dan sekitar 500 Kabupaten/kota seluruh Indonesia maka angkanya mendekati 200.000 kandidat.
Kemudian kita banyak mendengar cerita sedih dari para kandidat yang gagal sehingga mengakibatkan stress dan tidak move on, kehilangan harta, menanggung hutang banyak, kehilangan keluarga, masuk rumah sakit jiwa bahkan sampai bunuh diri.
Memang secara umum, dalam sembuh proses kompetisi, yang menang selalu lebih sedikit daripada yang gagal. Tapi ada baiknya kita belajar dari pengalaman yang kalah agar pengalaman mereka bisa jadi pelajaran yang baik utk kita. Terlebih bagi mereka yang tertarik untuk masuk dunia politik melalui Pemilu.
Berikut 8 alasan Orang gagal dalam Pemilu:
- Niat mereka maju hanya iseng dan coba2 saja. Tidak ada perencanaan yang baik dan matang untuk menjalani proses Pemilu. Biasanya mereka baru aktif beberapa bulan bahkan beberapa minggu saja sebelum pencoblosan.
- Dana/Logistik yang tidak memadai. Dana yang diperlukan untuk berkompetisi dalam Pemilu relatif sangat mahal. Seorang yang ingin berkompetisi mesti menyediakan Dana ratusan juta hingga milyaran rupiah bergantung pada tingkatannya dan wilayah tempat bertanding. Untuk dana sebesar itu Anda minimal harus memastikan minimal 80% sdh anda pegang sendiri. Sisanya bisa di dapat kan dari kerabat, teman atau donatur lainnya termasuk dari Parpol. Tapi mengandalkan Dana lebih besar kepada pihak lain merupakan jaminan kegagalan.
- Pemilihan Timses yang salah. Kerja Pemilu anda pasti akan dibantu oleh Tim kerja atau Tim Sukses yang solid, berintegritas dan bisa dipercaya. Bila Anda tidak menyeleksi Tim Anda dengan baik maka yang akan terjadi adalah kebocoran Dana, pemetaan politik yang keliru sekaligus strategi yang salah
- Strategi Kampanye yang tidak tepat. Hal ini biasanya terjadi dari proses identifikasi yang keliru juga hingga menghasilkan pesan kampanye yang tidak tepat sasaran, pendekatan yang salah serta target konstituen yang keliru.
- Diserang Black campaign secara Terstruktur Sistematis dan Masif. Politik adalah tentang persepsi, bila seorang kandidat diserang dengan fitnah bertubi2 tanpa antisipasi yang berarti dari Timses maka tingkat keterpilihannya menjadi makin kecil. Kandidat baik tapi mendapatkan serangan black campaign terus menerus dapat menurunkan elektabilitas nya karena bisa jadi para pemilih menganggap fitnah2 itu benar adanya.
- Tidak didukung Mesin Partai secara efektif. Walaupun abainya Partai Politik bisa dimaklumi, karena kita hanya lah satu dari ribuan kandidat yang didukung satu Parpol se-Indonesia. Terlalu bersandar terhadap mesin partai dibandingkan Timses sendiri merupakan langkah menuju kegagalan. Lebih baik menyandarkan diri kepada tim sukses sendiri, bila mesin partai politik be kerja dengan baik, anggap saja itu merupakan bonus.
- Terjadinya kecurangan oleh kompetitor dan penyelenggara Pemilu. Kecurangan yang biasa terjadi dalam bentuk penggelembungan suara atau pencurian suara. Walau Hal ini bisa terjadi, tetapi bila kita memiliki tim lapangan dan saldi yang solid mengawal suara kita mulai dari level TPS seterusnya, maka kecurangan ini bisa dihindari. Terlebih dalam Pemilu banyak mata tertuju kepada penyelenggara Pemilu dengan santai hukum yang jelas pula.
- Terjadinya Politik Uang. Politik uang bertujuan utk mengalahkan preferensi pemilih dengan memberikan insentif berupa uang, sembako dan barang lainnya. Hal ini biasanya dilakukan pada masa tenang bahkan beberapa jam sebelum pencoblosan. Yang menjadi catatan disini bahwa politik yang mempunyai implikasi hukum dan tidak selamanya politik uang ini efektif mengubah preferensi dari para pemilih.
Demikian sekilas tentang alasan seorang kandidat kalah dalam Pemilu. Semoga ulasan singkat ini bisa bermanfaat terutama bagi mereka yang ingin berkompetisi dalam proses Pemilu.
Salam Kompasiana
Founder Politician Academy Channel (PAC)
BAC
Bandung, 23 Mei 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H