Terjebak dalam badai yang melanda, keduanya berusaha mencari perlindungan di bawah atap sebuah pondok kecil, merasakan guyuran hujan yang membasahi tubuh mereka hingga ke tulang.
Dalam keadaan yang memerlukan kedekatan, mereka duduk bersama, digoyang oleh dingin dan kelembaban udara, namun juga terkesan oleh momen yang tak terlupakan. Di bawah suara gemuruh hujan, Dian menatap Rizal dengan mata yang memancarkan kehangatan yang tak terlukiskan, mengisyaratkan perasaan yang melampaui sekadar kesetiaan dalam persahabatan.
Rizal, merasa ada sesuatu yang berubah di antara mereka, membalas pandangan Dian dengan tatapan yang sama, mengekspresikan getaran aneh yang mulai memenuhi ruang di antara keduanya.
Dalam keheningan, terbentuk pemahaman yang tidak terungkapkan, bahwa perasaan yang tumbuh di antara mereka tidak lagi hanya tentang persahabatan biasa, melainkan sesuatu yang jauh lebih mendalam dan rumit.
Di dalam momen yang dipenuhi oleh ketakutan dan keintiman, senyum muncul di bibir keduanya, menandakan pemahaman bahwa di saat itu, di tengah hujan yang terus turun, mereka menemukan sesuatu yang selama ini mereka cari tanpa mereka sadari: cinta yang muncul di tengah-tengah dasar persahabatan yang teguh.
Meskipun perasaan itu tumbuh di dalam hati mereka, keduanya terperangkap dalam kebimbangan yang menghantuinya. Mereka khawatir bahwa ungkapan perasaan itu akan mengganggu dasar persahabatan dan kesatuan yang telah mereka bangun sepanjang waktu.
Di tengah gelombang ketidakpastian tersebut, mereka tetap menjalani kebersamaan, namun sekarang terasa dipenuhi oleh ketegangan yang tidak diucapkan dan rahasia yang tersembunyi.
Momen puncak dari perjuangan perasaan itu terjadi di malam terakhir KKN mereka di desa tersebut. Di bawah langit yang bersinar gemerlap oleh bintang-bintang, Dian dan Rizal duduk berdampingan di tepi sungai yang mengalir dengan tenang.
Suasana hati mereka menjadi serupa dengan aliran sungai itu sendiri, dicampuri antara kegembiraan karena telah mengalami petualangan yang tak terlupakan bersama-sama, namun juga diselimuti oleh kesedihan karena akan berpisah.
Dalam keheningan malam yang dihiasi oleh cahaya bintang, Dian dan Rizal merenungkan masa depan yang tak terelakkan, memikirkan tentang kebersamaan yang akan mereka tinggalkan. Sentuhan angin malam yang sejuk menyentuh wajah mereka,
sementara suara gemericik air sungai menjadi latar belakang dari pertimbangan-pertimbangan yang berlangsung di dalam hati mereka.