Mohon tunggu...
anis ardi
anis ardi Mohon Tunggu... -

mahasiswa universitas airlangga pengemat politik

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jenggot dan Negara

18 April 2013   19:45 Diperbarui: 24 Juni 2015   14:59 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
1366288623627474282

The end of Ideology, mungkin masyarakat dunia mulai bingung untuk menentukan sistem ide apa  yang harus dianut dalam menjalani kehidupan berbangsa dan beragama dan ber’individu’. Ber’individu’ ini penulis ambil dari pengalaman seorang tokoh, Albert Camus. Ia merupakan kader fanatik sosialis komunis Perancis yang kemudian menamai dirinya sebagai “manusia kamar”. Dalam konteks ini manusia kamar lebih menekankan pada eksistensi individu yang terjebak dalam labirin absurditas, penuh frustasi, keputus asaan, dan tak mau tau tentang apa yang sebenarnya harus dicapai.

Kemudian Erich Fromm (1995) juga menyatakan bahwa kini manusia tidak berkutik dihadapan berhala materialisme, kediktatoran uang, anomistis dan perbudakan. Materialisme fundamentalistis menciptakan alienasi manusia dari tuhan, sesama manusia, sinisme dan apriori terhadap lingkungan. Manusia mengembara, namun tidak pernah dipersiapkan rumah untuk kembali. Gelombang masyarakat kapitalis ini merupakan hasil dari konstruksi teknokratis.

Penduduk dunia mulai bingung dengan oposisi biner antara timur dan barat, antara komunis dan kapitalis serta kanan dan kiri. Wujud hegemonisasi media menciptakan ranah abu-abu yang aman. Tak jarang banyak yang melihat bersikap apatis lebih bijaksana. Jika Kekiri-kirian dianggap sebagai penyakit kanak-kanak dalam komunisme, (V.I. Lenin) sosialisme tidak hanya berkolerasi negatif yang sangat tinggi dengan demokrasi, tapi juga punya kolerasi positif dengan totalitarialisme. Disisi lain dunia kanan (Agama) selalu merombak struktur ketidakadilan dalam masyarakat, itulah sebabnya gerakan kelas dalam agana bukanlah untuk mengantarkan kelas mutadh’afin menegakkan kediktatoran baru, melainkan untuk transformasi dalam kerangka menciptakan struktur baru yang adil (Kuntowijoyo, Paradigma Islam, Interpretasi Untuk Aksi; 1991).

Kemudian melalui fenomena Arab Spring, Islam muncul ditengah masyarakat dan menjadi alternatif solusi dengan perubahan sistemik, maupun penokohan. Dalam dunia komunis dan kapitalis, penerapannya tidak pernah mempunyai prototype penokohan yang jelas. Berbeda dengan Islam, secara alamiah di Indonesia dan di negara-negara lain, prototype Islam bisa dijelaskan secara virtual, wali songo dan raden Patah misalnya, identik dengan jenggot, surban, baju taqwa dan pandangan mata yang teduh, khas para Syekh. Barat juga telah mengidentifikasi Islam melalui Jenggot dan tampilan khas timur tengah. Dan identifikasi ini marak dilakukan pasca Saddam Hussein menjadi tokoh global sebagai bridging ideology. Apakah ini menjadi suatu identitas yang membanggakan para penganut Islam sebagai agama dan Ideologi, atau malah sebaliknya?.

Pada abad ke-17 di Rusia pernah ada kasus pemerintah, sebagai aparatur Negara memberlakukan larangan berjenggot. Hal ini disinyalir sebagai interpretasi dari pelarangan memakai simbol agama dan ras di ruang publik, Karena asumsi negara berjenggot merupakan simbol Islam, maka jenggot kemudian dilarang. Hal ini tentulah menjadi menjadi paradoks ketika melihat para tokoh kiri, seperti Lenin, Karl Marx dan Che Guevara juga berjenggot. Menurut penulis inilah hebatnya hegemoni Islam dalam melakukan generalisasi terhadap simbol agamanya. Bahkan Negara yang bisa dikatakan melakukan kesalahan berpikir menganggap jenggot sebagai ancaman dan harus dimusnahkan. Tentu sebagian berpendapat ini tidak rasional, namun itulah sedikit implementasi relasi antara jenggot dan negara. Siapa yang lebih kuat?

Nah, bagi kaum muslim, sudah jelaslah di kutipan hadits ini:

عَنْ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا، عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ: خَالِفُوا الْمُشْرِكِينَ، وَفِّرُوا اللِّحَى، وَأَحْفُوا الشَّوَارِبَ! (رواه البخاري: 5892)

Dari Ibnu Umar r.a., Rosul -shollallohu alaihi wasallam- pernah bersabda: Selisihilah kaum musyrikin, biarkanlah jenggot kalian panjang, dan potong tipislah kumis kalian! (HR.Bukhori: 5892).

Dan tentu setiap aturan mempunyai keutamaan, dan salah satu dari implementasi atas hadits ini adalah pembeda antara kaum beriman dan tidak. Jika kita yakin terhadap agama Islam yang mulia ini maka patuhilah syariatnya. Agama sudah menjadi kekuatan sejarah (Daniel Bell, The New York Times, 1989) maka, saatnya kita menciptakan sejarah islam yang indah karena iman kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun