Mohon tunggu...
Imam Dairoby
Imam Dairoby Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Saya seorang karyawan swasta yang sedang mencoba menjadi penulis. Kunjungi blog ku di http://pojokidm.blogspot.com/ dan toko buku online ku di http://tokobukuakasia.blogspot.com/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Aku Bapak Popeye

7 Mei 2013   13:57 Diperbarui: 24 Juni 2015   13:57 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tak ingin mengingat hal ini sebenarnya, tetapi mungkin kisah saya ini bisa menginspirasi kepada orang tua lain yang terkadang bila ditempa berbagaikesulitan hidup sering mengorbankan anaknya, buah hatinya sendiri. Banyak di sekitar kita berapa banyak orang yang kurang beruntung harus rela tak memberi yang terbaik untuk anaknya. Malah ada yang membebankan kehidupan yang berat kepada anak-anaknya yang masih berusia belia. Berawal dari saya kehilangan pekerjaan saat anak tertua saya memasuki usia 1 tahun. Dengan seorang istri dan seorang Putra yang masih kecil tentu kondisinya akan sulit bila tak memiliki pekerjaan. Tinggal di rumah bersama Ibu yang menggantungkan hidup pada uang hasil kos-kosan mahasiswa tak seharusnya aku pun menjadi beban beratnya juga. Tetapi semuanya harus tetap dijalani, pikiran terkadang buntu untuk berpikir. Yang paling saya pikirkan ketika itu bagaimana memberikan gizi yang cukup untuk anak Balita saya. Membeli susu atau makanan khusus balita yang berjejer di toko sudah pasti saya tak mampu, karena tak memiliki uang lebih. Aku melihat pekarangan depan rumah yang di tumbuhi beberapa jenis bunga dan buah. Ada buah Sirsak, jambu dan rambutan. Hanya buah sirsak yang sering berbuah sementara yang lainnya merangas seperti akan mati. Terpikir olehku untuk menanam beberapa sayuran di depan rumah. Awalnya sangat malu karena rumah kami berada di perkotaan. Terbersit nanti pertanyaan tetangga untuk apa kami menanam sayuran depan rumah. Tetapi pikiran itu ku tepis, setelah meminta ijin pada ibu dan Alhamdulillah ibu mengizinkan aku segera mencangkuli tanah depan rumah dengan mengorbankan beberapa tanaman bunga milik ibu. Tak begitu luas halaman kami, dan tak begitu luas pula pekarangan yang ku alih fungsikan . Sekitar 4 x 3 meter saja yang ku cangkuli. Ku gemburi tanahnya dan ku buat 2 bedengan untuk menanaminya. Ku kelilingai tanah tadi dengan beberapa bunga ibu agar terlindung dan menyamarkan dari pandangan orang yang kebetulan melewati rumah kami. Esoknya aku ke tempat penjualan benih dan ku beli benih Bayam dan kangkung. Sebenarnya saya ingin membeli benih sawi atau terong tetapi uang di kantong tidak mencukupi. Benih tadi ku semai di bedengan dengan rajinnya ku sirami setiap hari. Saya lupa berapa lama sayuran itu tumbuh, yang pasti setelah tumbuh sayuran itu menjadi menu untuk membuat bubur di tambah dengan sayuran kangkung dan bayam. Bila ibu memiliki rejeki lebih dia akan membelikan cucunya wortel serta kentang yang nantinya di buatkan bubur tim dan tentunya saja tambahannya adalah bayam atau kangkung. Suatu ketika tetangga saya datang ke rumah dengan membawa anak yang seusia anak saya. Kebetulan saat itu dia melihat istri saya memetik bayam di pekarangan untuk membuatkan bubur untuk anak saya. “ Lho mamanya kiki ternyata tanam bayam yah, buat sayur kok Cuma dikit ambilnya ?” tanya tetanggaku mulai nyinyir. “ Iya , ini hanya buat tambahan bubur anak saya kok,” jawab istriku. “ Kenapa harus repot-repot kan ada bubur siap saji yg di jual di toko, saya memberi anak saya itu.” “ Mahal mbak, kami tidak sanggup untuk memberinya setiap hari,” kembali istriku berkata. “ Wah kalau setiap hari makan bayam entar anaknya jadi Popeye dong,” canda tetanggaku dengan mimik menyindir. “ Istriku hanya tersenyum, sedangkan aku yang mendengar dari dalam rumah mengelus dada sambil melihat ke arah anakku yang sedang bermain denganku. “ Maafkan Papa ya nak, yang tidak bisa memberi yang terbaik untukmu.” Entah berapa lama buah hatiku makan bubur bersama sayur bayam, tetapi sampai saat ini saya bersyukur anak kami pertumbuhannya normal samapai dia sekarang remaja. Sekarang anak pertama kami duduk di kelas 2 SMP, dan ketika SD dia mengikuti Lomba Olimpiade Tingkat SD se Kabupaten Buton. Dan baru-baru ini dia menjadi Juara umum di sekolahnya, dan beberapa kali mengikuti Lomba mata pelajaran sampai tingkat Propinsi. Ternyata benar kata tetangga saya, anak saya memang menjadi Popeye , yang bisa mengarungi lautan bebas dengan penuh kekuatan. Bedanya anak saya dengan Popeye adalah anak saya bisa melampaui prestasi anak-anak yang mungkin dahulunya di beri makanan siap saji bermerek yang tentunya harganya lebih mahal dari bubur bayam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun